HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat sepakbola, Wesley Hutagalung menilai bahwa ada masalah dalam sistem pembelajaran sepakbola Indonesia, terutama saat bertransisi seperti dari level U-19, U-20 bahkan U-23 ke jenjang yang lebih tinggi, dalam hal ini Timnas Indonesia level senior.
Publik pun sejatinya menyadari bahwa ada perubahan yang signifikan ketika para pemain Timnas Indonesia di level junior naik ke tingkat senior, seperti hal nya dalam segi prestasi.
Masalah seperti ini pun diperhatikan betul oleh Wesley, dimana dikatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar performa bisa konsisten hingga mencapai tingkat senior.
“Ketika masih usia muda, gaya bermain, tingkat kesulitan bermain,strategi bermain itu tidak seperti senior,” ungkapnya dalam acara Ruang Tamu Holopis Channel, Jumat (18/11).
“Ketika anak-anak kita, anak remaja kita dilatih dengan ilmu yang bisa dikatakan sama dengan di luar negeri di sana , kita bisa bersaing, tapi ketika berubah naik ke level U-19, U-20, bahkan U-23, tingkat keberagaman taktik permainan semakin tinggi,” sambungnya.
Lanjutnya, Wesley menyampaikan bahwa pembelajaran sepakbola harus dikenalkan sejak dini, agar pemain memahami apa yang terjadi di atas lapangan.
“Ketika mereka remaja, atau ketika anak-anak tidak disiapkan, bahwa sepakbola itu penuh dinamika permainan loh, tidak hanya lari, kejar bola, bermain berkumpul, kalo tidak disampaikan dari awal, nanti anggap lah ketika usia senior, mereka akan kesulitan mengikuti permainan bola yang dibutuhkan untuk menghadapi tim-tim yang kaya akan strategi,” ujarnya.
Indonesia sendiri mendapatkan kesempatan menggelar Piala Dunia U-20 pada tahun 2023 nanti, publik pun berharap bahwa Timnas U-20 Indonesia bisa berbicara banyak, dan diharapkan juga bahwa prestasi yang bisa didapat nanti tidak pudar seiring dengan bertambahnya usia.
Mengenai Piala Dunia U-20 2023, Wesley juga berharap bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi menjadi bangsa penikmat, namun kualitas sepakbola kita bisa dinikmati oleh orang-orang di luar negara.
“Dengan kehadiran Piala Dunia U-20 2023, semoga kita tidak lagi menjadi bangsa penikmat, tapi one day kita harus menjadi bangsa yang dinikmati sepakbolanya, ditonton oleh banyak orang di muka bumi ini, karena Piala Dunia adalah ajang yang paling menyedot perhatian orang di muka bumi,” harapnya.
“Kita harus punya mimpi, mimpi itu gratis tapi mimpi itu harus diikuti dengan sebuah perubahan sikap, sebuah perubahan kebijakan, seperti apa kita melihat sepakbola dan memanfaatkannya untuk kebaikan sebagai bangsa dan negara,” pungkasnya.