HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Pendudik, Riset dan Tekonologi (Kemdikbudristek) angkat bicara terkait ratusan mahasiswa IPB (Institut Pertanian Bogor) yang terjerat pinjaman online (pinjol).

Plt Dirjen Diktiristek Kemdikbudristek, Nizam menyebut, fenomena tersebut seharusnya menyadarkan akan pentingnya financial literacy atau literasi keuangan.

“Ini menyadarkan kita kalau literasi finansial masyarakat masih perlu ditingkatkan,” ujar Nizam dalam keterangan pers yang dikutip Holopis.com, Rabu (16/11).

Ia lantas menyebut, pihaknya akan bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam hal peningkatan literasi keuangan, khususnya bagi para mahasiswa.

“Kejadian tersebut (mahasiswa IPB terjerat pinjol) menyadarkan kita untuk lebih banyak lagi meningkatkan literasi finansial bagi mahasiswa,” tuturnya.

Diberitakan holopis.com sebelumnya, ratusan mahasiswa IPB tengah dikejar-kejar oleh debt collector lantaran terjerat pinjol.

Wakapolresta Bogor, AKBP Ferdy menjelaskan bahwa kejadian tersebut berawal dari kerja sama bisnis online antara para korban yang mayoritas mahasiswa IPB dengan terlapor berinisial SAN, dengan iming-iming keuntungan sebesar 10 persen.

“Ini sebenarnya kerja sama antara korban dengan terlapor tidak terkait dengan pinjol awalnya. Terlapor menawarkan kerja sama secara online dengan cara bagi hasil dijanjikan 10 persen,” kata Ferdy.

Untuk mendapatkan keuntungan 10 persen itu, pelaku memberikan syarat kepada para korban, dimana mereka harus mengajukan pinjaman online terlebih dulu.

“Kemudian, hasil daripada pinjaman online tersebut dikirimkan atau ditransferkan kepada terlapor SAN ini,” katanya.

Sejauh ini, pihak kepolisian telah mendata sebanyak 5 aplikasi pinjol yang memberikan pinjaman kepada para korban tersebut.