HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bencana hidrometeorologi basah di Indonesia yang terjadi selama bulan Oktober 2022, menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyebabkan korban jiwa sebanyak 50 orang.
“Di bulan Oktober total 50 jiwa, ini menjadi perhatian kami di BNPB. Sehingga mungkin besok dan lusa kita akan apel kesiapsiagaan secara nasional untuk kembali mengingatkan pemerintah daerah,” ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, seperti informasi yang diterima Holopis.com, Selasa (8/11).
Abdul Muhari juga menjelaskan, rata – rata frekuensi bencana di bulan Oktober 2022, 70 kali per minggu. Selain itu bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor di bulan Oktober 2022 mengakibatkan korban jiwa tertinggi, dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Abdul mengatakan dari Januari hingga Oktober 2022, tercatat 3.038 kali kejadian bencana. Dalam rentang waktu tersebut, tercatat korban jiwa sebanyak 230 orang.
Titik rawan dari provinsi-provinsi dengan kejadian bencana paling tinggi hingga kuartal ketiga tercatat pada Sumatera yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
“Khusus di bulan Oktober kita 203 kali kejadian. Ini mungkin bulan Oktober ini yang paling tinggi kejadian bencana,” kata dia.
Abdul membandingkan periode Oktober 2021 dengan Oktober 2022, dari sisi total korban jiwa itu naik hampir 85 persen. Pada tahun 2021, meski kejadian bencana 427 kali yang meninggal dan hilang tercatat 27 korban jiwa.
Namun kini pada 2022, kejadian bencana 396 kali, tercatat korban meninggal 50 jiwa. Hal itu menjadi perhatian BNPB, karena dalam beberapa kejadian ini korban jiwa ini di lokasi-lokasi yang sebelumnya bukan merupakan kawasan langganan bencana hidrometeorologi.
Hal itu juga menyebabkan warga terdampak angkanya naik, artinya intensitas cakupan wilayah yang terendam makin banyak.
Tercatat pada Oktober 2021, kejadian bencana sebanyak 427 kali dengan 767.000 terdampak. Namun, pada Oktober 2022, sebanyak 396 kali kejadian bencana menyebabkan 850.000 orang terdampak dan mengungsi.
“Jadi intensitas kejadiannya itu lebih tinggi, dampaknya lebih tinggi, jumlah warga terdampak makin tinggi. Ini yang menjadi perhatian di BNPB,” kata Abdul.