HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mulai mengalami penurunan. Tercatat per Rabu (18/10), total kasus gagal ginjal di Indonesia sebanyak 269 kasus, setelah adanya penambahan 18 kasus.

Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril menjelaskan bahwa 18 kasus yang dilaporkan tersebut bukanlah kasus baru, melainkan akumulasi dari kasus sebelumnya yang baru dilaporkan ke Kemenkes.

“Dari 18 kasus ini hanya 3 yang merupakan kasus baru. Sedangkan sisanya adalah kasus lama di September dan awal Oktober yang baru dilaporkan,” kata Syahril dalam keterangan pers yang dikutip Holopis.com dari laman resmi Kemenkes, Kamis (27/10)..

Syahril kemudian mengungkapkan, bahwa kasus gagal ginjal akut mengalami penurunan yang signifikan setelah pihaknya mengeluarkan larangan pemberian obat dalam bentuk cairan/sirop pada 18 Oktober lalu.

“Kami tegaskan setelah tanggal 18 Oktober hanya ada ada 3 kasus baru. Ketiganya saat ini sedang menjalani perawatan,” tegasnya.

Meski kasus saat ini terbilang cukup terkendali, Syahril menegaskan, bahwa pemerintah masih terus memantau perkembangan kasus gagal ginjal akut, khususnya di 5 provinsi dengan jumlah kasus tertinggi yakni DKI Jakarta, Aceh, Bali, Banten dan Jawa Barat.

Selain itu, Kemenkes bersama seluruh dinkes dan RS sejak Agustus lalu melakukan kegiatan surveilans untuk mendata semua prov/kab/kota yang melaporkan kasus gagal ginjal guna mempercepat penanganan penyakit yang banyak menelan korban jiwa.

Kegiatan surveilans ini, ditindaklanjuti dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan intoksikasi yang akan mendeteksi kemungkinan zat toksik, guna mengetahui penyebab pasti kasus gagal ginjal ini.

Lebih lanjut, Syahril menyampaikan bahwa pihaknya juga telah mendatangkan 30 vial Antidotum Fomepizole dari Singapura. Kedatangan obat yang terbilang langka dan mahal akan berlangsung secara bertahap.

Sejauh ini, sebanyak 20 vial sudah tiba di Indonesia pada 10 dan 18 Oktober lalu dan telah digunakan untuk pengobatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.(RSCM), yang menjadi Rumah Sakit pemerintah. Hasilnya, kondisi pasien gagal ginjal akut yang dirawat di RS tersebut pun mengalami perbaikan.

Selain Singapura, Kemenkes juga mendatangkan 16 vial Antidotum Fomepizole dari Australia pada 22 Oktober lalu dan telah didistribusikan ke sejumlah rumah sakit diantaranya RS M. Djamil Padang, RS Soetomo Surabaya, RS Adam Malik medan, dan RS Zainul Abidin Aceh.

Tak hanya itu, sebagai hasil diplomasi bilateral dengan Canada saat Pertemuan Menteri Kesehatan Negara G20, Indonesia juga mendapatkan donasi dari Takeda berupa 200 vial Antidotum Fomepizole yang akan tiba minggu depan.

Setibanya di Indonesia, obat injeksi ini akan langsung didistribusikan ke seluruh RS pemerintah dan diberikan gratis kepada seluruh pasien.

“Obat Fomepizole sepenuhnya diberikan secara gratis kepada pasien sebagai bagian dari terapi/pengobatan,” tegas Jubir Syahril.

Selain itu upaya antisipatif dsri pemerintah, pihaknya menghimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak perlu panik berlebihan. Yang terpenting, masyarakat dapat berpartisipasi penuh untuk mengantisipasi gagal ginjal akut pada anak dengan selalu waspada dan untuk sementara waktu tidak memberikan obat dalam bentuk cair/sirup kepada anak.

Terakhir, Jubir Syahril menekankan bahwa dukungan seluruh pihak juga sangat menentukan keberhasilan penanganan GGA di Indonesia.

“Diharapkan semua pihak untuk dapat bersinergi dan berkolaborasi untuk menyelamatkan nyawa anak Indonesia sebagai prioritas utama. Tujuan kita adalah demi kesehatan masa depan anak anak kita,” pungkas Syahril.