HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat Terorisme, Khoirul Anam menilai bahwa aksi wanita bercadar yang diketahui bernama Siti Elina di depan Istana Negara Jakarta bisa dikategorikan sebagai aksi terorisme lone wolf.

“Upaya serangan teror yang dilakukan di depan Istana Negara hari ini bisa jadi adalah perwujudan dari lone wolf terrorism,” kata Anam kepada Holopis.com, Selasa (25/10).

Ia menyebut, penjelasan secara umum dalam kajian terorisme disebutkan, bahwa istilah lone wolf terrorism digunakan untuk merujuk pada pelaku teror yang melakukan serangan secara sendirian (lone), tanpa bantuan dari kelompok mana pun.

“Tidak terhubung secara langsung atau bukan bagian dari kelompok atau jaringan teroris,” imbuhnya.

Terkait dengan gagalnya aksi Siti Elina juga tetap bisa dikategorikan sebagai lone wolf terrorism. Sebab, di dalam berbagai aksi lone wolf, sering kali tidak berbuah sesuai dengan harapan awal para pelaku.

“Umumnya, serangan yang dilakukan oleh lonewolf memang tidak ‘berhasil’, karena tidak dipersiapkan dengan baik; sangat lemah dalam perencanaan dan eksekusi,” ujarnya.

Namun demikian, Anam menegaskan bahwa ukuran teror tentu bukan pada berhasil atau tidaknya serangan, melainkan pada munculnya tindakan teror.

“Karenanya tidak penting untuk mengaitkan kegagalan serangan ini dengan status tersangka sebagai pelaku teror. Berhasil atau tidak, serangan ini tetap masuk dalam kategori teror,” paparnya.

Pria yang juga aktif sebagai dosen di Sampoerna University tersebut menegaskan, bahwa semua pihak patut memberikan apresiasi kepada aparat keamanan, khususnya Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan Polri yang berhasil menggagalkan aksi Siti Erlina di depan Istana Negara Jakarta.

“Kita tentu perlu memberi apresiasi tinggi pada aparat keamanan dalam hal ini Paspampres dan Polri yang sigap mengamankan pelaku sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tandasnya.

Lebih lanjut, Anam pun mengajak semua pihak untuk menjadikan aksi Siti Erlina sebagai bentuk kewaspadaan atas potensi munculnya aksi-aksi serupa.

“Kejadian ini sebaiknya juga dijadikan peringatan dini terhadap bahwa penyebaran paham radikal,” tukasnya.

Langkah lainnya adalah bagaimana aparat keamanan, pemerintah dan seluruh stakeholders yang ada meningkatkan edukasi secara masif kepada masyarakat.

“Pemerintah harus lebih aktif melakukan edukasi dan pencegahan radikalisme-terorisme agar ke depan,” pungkasnya.