JAKARTA, HOLOPIS.COMPolitisi Partai Gerindra, Fadli Zon menyarankan kepada pemerintah pusat untuk menunda dulu kebijakan sekolah tatap muka di situasi pandemi yang masih belum bisa terkendali ini.
“Membuka sekolah tatap muka harus ditunda. Sangat berbahaya,” kata Fadli Zon, Sabtu (5/6).
Dibanding memaksakan diri untuk memberlakukan sekolah tatap muka, ia menyarankan agar pemerintah Indonesia fokus terlebih dahulu dalam pengendalian pandemi.
Karena jika pengendalian belum dirasa berhasil namun sekolah tatap muka tetap dipaksakan, ia khawatir justru akan menjadi klaster baru dan memperparah pandemi di dalam negeri.
“Lebih baik fokus meredakan pandemi ini ketimbang buka peluang penyebaran massal yang nantinya kita sesali,” tuturnya.
Setidaknya, pemerintah bisa memperpanjang lagi penundaan sekolah tatap muka sekitar 6 bulan ke depan. Di masa tersebut, pemerintah melakukan upaya semaksimal mungkin dalam pengendalian, sehingga wabah virus korona bisa teratasi dengan baik.
Kemudian ketika sekolah tatap muka diberlakukan, tidak memicu kemunculan klaster baru atau malah memperbanyak jumlah kasus yang ada.
“Lebih baik tunda 3 sampai 6 bulan sampai situasi terukur dan kondusif,” jelasnya.
Bagi anggota Komisi I DPR RI, di dalam rencana kebijakan pemerintah membuka sekolah tatap muka kembali, kesehatan para siswa seharusnya menjadi prioritas.
“Keselamatan siswa dan keluarga harus jadi prioritas,” pungkasnya.
Perlu diketahui, bahwa Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim berkeras membuka sekolah dengan skema tatap muka pada Juli tahun ini. Kebijakan tersebut diambil di saat kasus Covid-19 justru sedang melonjak pascalibur lebaran.
Nadiem menyatakan tidak ada tawar menawar demi pendidikan. Nadiem beralasan masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia.
“Tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi,” kata Nadiem dalam acara yang disiarkan YouTube Kemendikbud RI, Rabu (2/6).
Meski mengaku memahami kekhawatiran orang tua, namun mantan Bos Gojek itu menyebut penundaan membuka sekolah bisa berdampak panjang.
Pembukaan sekolah Juli nanti, kata dia, juga berdasarkan pertimbangan usai dirinya membaca dan mendengar langsung keluhan para pelajar di media sosial.
“Kami upayakan pendidik dan tenaga kependidikan jadi prioritas penerima vaksinasi Covid-19,” ujarnya. (MIB)