HOLOPIS.COM, YOGYAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyayangkan masih banyaknya masyarakat yang belum paham dengan produk-produk jasa keuangan. Padahal tingkat pemakaian produk atau inklusi keuangan masyarakat sudah cukup tinggi.

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi memaparkan, tingkat inklusi keuangan masyarakat masyarakat telah mencapai 76 persen, akan tetapi tingkat literasi keuangannya masih sangat rendah, yakni hanya sebesar 38 persen.

Artinya, masih ada ketimpangan yang cukup jauh di masyarakat terkait pemakaian produk jasa keuangan dengan pemahaman mereka akan produk keuangan itu sendiri.

“Kok tinggi inklusinya daripada literasinya, berarti banyak orang yang menggunakan produk dan jasa keuangan tapi belum paham, ini banyak sekali,” kata Friderica dalam Press Tour di Yogyakarta yang dikutip Holopis.com dari kanal YouTube OJK, Minggu (23/10).

Tak hanya itu, Dia juga turut menyoroti tingkat inklusi serta literasi keuangan syariah masyrakat Indonesia yang saat ini masih terbilang rendah. Hal ini tentu tak sejalan dengan predikat yang disandang Indonesia sebagai negara Islam terbesar di Dunia.

Ke depan, wanita yang akran disapa Kiki itu mengatakan bahwa pihaknya akan terus memberikan edukasi keuangan baik konvensional dan syariah secara berkelanjutan kepada masyarakat.

Kiki menuturkan, pihaknya juga akan terus menggandeng seluruh stakeholders terkait dan pelaku jasa keuangan untuk menyebarluaskan pengetahuan ke publik, mengingat perkembangan teknologi yang ada sekarang ini telah membuka akses yang cukup luas terhadap keanekaragaman informasi.

“Jadi orang kalau pakai jasa keuangan harus paham juga dan angkanya sesuai target Presiden RI, insyaallah kita bisa mencapai inklusi keuangan tahun 2024 sebesar 90 persen,” pungkasnya.