HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pasca dikejutkan dengan kematian Ratu Elizabeth II, kini Britania Raya kembali mengejutkan dunia dengan kabar mundurnya Liz Truss dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris pada Kamis (20/10).
“Saya mengakui, mengingat situasinya, saya tidak dapat menyampaikan mandat di mana saya dipilih oleh Partai Konservatif. Karena itu saya telah berbicara dengan Yang Mulia Raja untuk mengumumkan bahwa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif,” kata Liz Truss sebagaimana dikutip Holopis.com dari AFP, Kamis (20/10).
Pengunduran diri tersebut menyusul gagalnya pemotongan pajak yang mengguncang pasar keuangan, serta menimbulkan perlawanan di dalam Partai Konservatif-nya sendiri.
Situasi perekonomian di Inggris sendiri saat ini bertolak belakang dengan penyataan Truss yang menyebutkan, visi pajak rendah untuk pertumbuhan yang tinggi.
“Kami menetapkan visi untuk pajak rendah, ekonomi pertumbuhan tinggi yang akan memanfaatkan kebebasan Brexit,” kata Truss dalam sebuah pernyataan.
Dengan adanya pengunduran diri tersebut, Partai Konservatif akan menyelesaikan pemilihan kepemimpinan pada minggu depan, lebih cepat dua bulan dari biasanya.
Truss menjabat sebagai Perdana Menteri pada 6 September, dua hari sebelum Ratu Elizabeth II meninggal. Dengan pengundurannya ini, ia terhitung hanya menjabat sebagai kepala pemerintahan dalam waktu 45 hari.
Dalam kebijakannya, Truss dan mantan Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng sempat mencanangkan ‘anggaran-mini’ untuk membiayai stimulus kenaikan harga energi. Nantinya, hal ini akan dibiayai dengan menambah utang.
Namun bertentangan dengan kebijakan kenaikan suku bunga bank sentral. Akibat manuver ini, terjadi kekacauan di pasar obligasi dan mata uang poundsterling jatuh ke level terendahnya.
Kwarteng sendiri diketahui telah mundur dari jabatannya beberapa hari lalu dan digantikan oleh Jeremy Hunt.