HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keunagan (Menkeu), Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva di Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada Senin (10/10).

Pertemuan tersebut diketahui merupakan rangkaian kerja Sri Mulyani ke negeri Paman Sam. Keduanya diketahui membahas perihal ekonomi global yang saat ini tengah kacau balau akibat perang dan juga perubahan iklim, serta untuk membahas mengenai isu G20, mengingat Indonesia di tahun ini memegang presidensi G20.

Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani dan Drirektur Kristalina sepakat untuk mengerahkan berbagai upaya untuk memitigasi berbagai risiko buruk yang akan menimpa dunia, termasuk Indonesia.

“Terkait ekonomi global, Menkeu dan Direktur Kristalina membahas mengenai risiko ekonomi global yang meningkat dan sepakat bahwa perlu mengerahkan berbagai upaya untuk memitigasinya,” tulis Humas Kemenkeu dalam rilis yang diterima Holopis.com, Rabu (12/10).

Menteri yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menekankan, bahwa IMF berperan penting untuk menjaga stabilitas ekonomi khususnya dalam menjaga inflasi dan melindungi masyarakat rentan.

Sementara itu khusus untuk ekonomi Indonesia, Direktur Kristalina menyampaikan apresiasinya untuk resiliensi ekonomi Indonesia di tengah tekanan global.

Ke depan, IMF juga didorong agar menggunakan berbagai instrumen yang dimiliki, termasuk pemantauan, pendanaan, capacity building, dan pinjaman, untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi global.

Khusus untuk ketahanan pangan yang saat ini menjadi prioritas Indonesia, Menkeu menyampaikan ajakan agar IMF lebih fokus melindungi negara-negara rentan dari dampak kenaikan harga pangan, termasuk melancarkan distribusi pangan dan pupuk dunia.

“Secara umum, IMF juga perlu terus membantu negara rentan terkait kebijakan pendanaan seperti Special Drawing Rights (SDR) chanelling,” tulis Kemenkeu.

Terkait G20, Sri Mulyani mengajak IMF turut serta mendukung berbagai agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia, termasuk penguatan arsitektur kesehatan global dan implementasi Common Framework.

Terkait iklim, dia juga menyampaikan bahwa upaya Indonesia dalam penanganan perubahan iklim membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ia meminta IMF untuk membantu pembiayaan melalui mekanisme transisi energi Indonesia.

“Mengingat pembiayaan perubahan iklim juga dapat diperoleh dari bank multilateral, Menkeu meminta agar pembiayaan dari IMF juga dapat disalurkan pada upaya transisi energi Indonesia yang dilakukan melalui Mekanisme Transisi Energi Indonesia atau Indonesia’s Energy Transition Mechanism Country Platform,” tutur Humas Kemenkeu.

“Dukungan IMF untuk memobilisasi sumber pendanaan perubahan iklim lainnya juga dapat membantu pemenuhan target penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC),” pungkasnya.

Diberitakan Holopis.com sebelumnya, Presiden Jokowi mengklaim bahwa kondisi keuangan di dunia sudah kacau balau akibat perang yang ditambah dengan perubahan iklim.

Bahkan Jokowi mengungkapkan, dari data yang disampaikan Sri Mulyani kepada dirinya, puluhan negara mendaftar untuk mendapatkan pinjaman dari IMF.

“Tadi pagi saya mendapatkan telepon dari Menteri Keuangan, dari Washington D.C, yang menyampaikan sudah 28 negara antre masuk sebagai ‘pasien’ IMF,” kata Jokowi.