JAKARTA, HOLOPIS.COM – Vaksinasi COVID-19 sudah dimulai di Indonesia, dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/12758/2020, telah ditetapkan sejumlah vaksin COVID-19 yang akan beredar di Indonesia, yakni vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma, Oxford-AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac.
Di tahapan pertama, pemerintah memakai vaksin COVID-19 buatan Sinovac, CoronaVac, untuk disuntikkan ke kelompok prioritas. Tak hanya sinovac pemerintah juga mengamankan vaksin COVID-19 AstraZeneca, vaksin ini telah tiba di Indonesia Senin 8 Maret 2021 pukul 17:55 WIB sebanyak 1.113.600 vaksin.
Lalu, apa sih perbedaan vaksin COVID-19 Sinovac Vs AstraZeneca?
Menurut Alodokter.com berikut beberapa perbedaan vaksin COVID-19 Sinovac dan AstraZeneca.
Vaksin Sinovac

  • Nama vaksin: CoronaVac
  • Negara asal: China
  • Bahan dasar: virus Corona (SARS-CoV-2) yang telah dimatikan (inactivated virus)
    Metode pembuatan vaksin yang digunakan oleh Sinovac yakni dengan inactivated virus atau virus yang dimatikan (bukan dilemahkan). Inaktivasi adalah metode pembuatan vaksin dengan menggunakan versi tidak aktif dari jenis virus atau bakteri penyebab penyakit tertentu.
    Jenis vaksin ini biasanya perlu beberapa dosis atau suntikan untuk mengembangkan antibodi atau kekebalan yang diinginkan. Beberapa jenis vaksin yang menggunakan metode inaktivasi sebelumnya adalah vaksin hepatitis A, vaksin flu, polio, dan rabies.
  • Uji Klinis: fase III (selesai)
  • Lokasi: China, Indonesia, Brazil, Turki, Chile
  • Usia peserta: 18–59 tahun
    Dalam uji klinis, vaksin ini diberikan pada relawan berusia 19 tahun hingga 56 tahun. Pendekatan kelompok prioritas penerima vaksin COVID-19 di Indonesia memilih usia 18-59 tahun sebagai penerima vaksin Corona periode pertama
  • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 14 hari
  • Efikasi vaksin: 65,3% (di Indonesia), 91,25% (di Turki)
    Vaksin Sinovac telah melampaui standar minimal 50% yang ditetapkan oleh WHO dan FDA. Vaksin ini juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) dari BPOM, serta sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).Setelah disuntikkan, virus yang tidak aktif pada vaksin ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus Corona secara spesifik. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu tubuh terserang virus Corona, sudah ada antibodi yang bisa melawannya dan mencegah terjadinya penyakit.
    Kemungkinan terjadinya infeksi atau penyakit COVID-19 yang bergejala pada orang yang sudah divaksinasi dengan vaksin Sinovac bisa turun sebesar 65%.
    Vaksin ini juga dinilai aman, sebab efek samping yang bisa muncul hanya bersifat ringan dan sementara, misalnya nyeri di lokasi penyuntikan, nyeri otot, dan sakit kepala. Efek samping yang paling banyak terjadi adalah nyeri di lokasi penyuntikan dan rata-rata hilang dalam 3 hari.

Vaksin Oxford-AstraZeneca

  • Nama vaksin: AZD1222
  • Negara asal: Inggris
  • Bahan dasar: virus hasil rekayasa genetika (viral vector)
    Vaksin AstraZeneca-Oxford dengan nama AZD1222 dikembangkan dengan platform adenovirus. Tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.
    Singkatnya, AstraZeneca mengembangkan vaksin dengan virus yang biasanya menyasar simpanse dan kemudian dimodifikasi secara genetis untuk merespon protein pada virus COVID-19 di tubuh manusia.
  • Uji klinis: fase III (hampir selesai)
  • Lokasi: Inggris, Amerika, Afrika Selatan, Colombia, Peru, Argentina
  • Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun
    Vaksin AstraZeneca dapat digunakan untuk memvaksinasi penduduk usia 60 tahun keatas. Dalam publikasi data interim di laman The Lancet, pemberian pada kelompok lansia menunjukkan respons kekebalan setelah diberikan dosis kedua vaksin.
  • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 4–12 minggu
  • Efikasi vaksin: 70,4% (sementara)
    Efikasi vaksin dari Oxford-AstraZeneca tidak jauh berbeda dengan vaksin Sinovac. Vaksin ini terbukti aman dan efektif dalam mengurangi risiko terinfeksi Corona dan risiko terjadinya penyakit yang berat atau perlu dirawat di rumah sakit.
    Vaksin ini mengandung virus yang tidak berbahaya. Setelah disuntikkan, virus ini akan masuk ke dalam sel tubuh, kemudian memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel imun yang dapat melawan virus Corona.
    Dalam uji klinisnya, sebagian besar efek samping vaksin hanya bersifat ringan hingga sedang dan bisa sembuh dalam beberapa hari. Gejala yang banyak dialami, yaitu >10%, antara lain nyeri otot, kemerahan, gatal, bengkak atau benjol di tempat suntikan, demam, lelah, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu, dan batuk.
    Mayoritas reaksi ringan sampai sedang dan biasanya sembuh dalam beberapa hari setelah vaksinasi. Jika dibandingkan dengan dosis pertama, reaksi yang dilaporkan setelah dosis kedua lebih ringan dan lebih jarang dilaporkan.(tri)