HOLOPIS.COM, JAKARTA – Valentino Simanjuntak atau akrab dikenal Valentino Jebret, mengundurkan diri sebagai komentator atau pembawa acara Liga Satu, pasca Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan 131 orang dan ratusan mengalami luka-luka.

Lulusan sarjana hukum Universitas Padjajaran tersebut, menyampaikan bahwa ia shock dan terkena mental saat mendengar jumlah korban jiwa maupun luka-luka akibat peristiwa yang terjadi, Minggu malam (1/10).

Kok sampai segininya gue, rasa frustasi, rasa kecewa sedih gue sampai segitunya gitu. Karena, kok sampai segitunya ini kan nyawa dan bisa sampai ratusan ini apa yang terjadi,” kata Valentino Jebret dikutip Holopis.com dalam Podcast Deddy Corbuzier, Rabu (5/10).

Valentino Jebret menjelaskan, peristiwa yang terjadi setelah kekalahan Arema FC 2-3 atas Persebaya Surabaya dipicu bukan karena bentrok antar suporter.

“Suporternya tidak ada, yang itunya aman. Tapi kayak MIS yang sekarang terjadi. Bagi gue bukan kalahnya, tetapi lebih kepada proses penanganan dan keamanan di dalam stadion,” ujarnya.

Hal paling menyedihkan hingga mengguncang Valentino Jebret pada tragedi Kanjuruhan, terkait kehadiran anak-anak usia di bawah umur, dan ibu-ibu yang tidak berhasil menyelamatkan diri akibat tembakan gas air mata oleh pihak kepolisian saat itu.

Ia mengaku, menyesal dan merasa bersalah, karena dalam kesempatan menjadi komentator Liga Satu, ia menyuarakan bahwa nonton bola di stadion sudah aman.

“Sekarang sepak bola Indonesia mengasyikkan, lo bisa bawa keluarga lo untuk datang. Lo jangan takut lagi, karena sekarang, stadion itu tempat yang ramah buat family rekreasi,” ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta untuk menginvestigasi tragedi berdarah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang.

Bersama dengan itu, Kapolri telah mencopot jabatan Kapolres Malang, dan 9 anggota Brimob buntut dari penembakan gas air mata ke arah tribun penonton.