HOLOPIS.COM, KUTAI KARTANEGARA – Panglima Mandau Meratus Kabupaten Kutai Kartanegara, Ahmad Ismail meyakini bahwa keberadaan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara mampu menjaga kearifan lokal Kalimantan sehingga tetap lestari.
“Kepindahan IKN di Kaltim dapat memberikan manfaat positif di segala bidang bagi masyarakat, khususnya peningkatan kesejahteraan ekonomi, menjaga dan terlindunginya kearifan lokal khas Kalimantan,” kaya tokoh adat yang karib disapa Haji Ahmad dalam keterangannya yang diterima Holopis.com di sela-sela acara budaya adat Erau Kesultanan Kukar Ing Martadipura, Kecamata Anggana, Kabupaten Kukar, Minggu (2/10).
Ia juga menyambut gembira dan mengapresiasi atas keputusan Presiden Joko Widodo yang telah menetapkan kedua Kabupaten di Kaltim, yakni Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utama (PPU) sebagai titik IKN Nusantara.
“Kepindahan dan kehadiran IKN di Kaltim patut disyukuri dan disambut baik oleh masyarakat Kaltim. Merasa senang atas keputusan Pemerintah Jokowi memindahkan Ibukota ke Wilayah Kaltim, khususnya di PPU dan Kukar,” ujarnya.
Ia berharap, kepindahan IKN ke Wilayah PPU dan Kukar bukan saja memberikan dampak positif di bidang pembangunan, bahkan menjadikan Kaltim serta Provinsi di Kalimantan lain juga akan lebih maju.
“Namun jangan sampai setelah IKN pindah ke Kaltim, kondisi masyarakat lokal Kalimantan jadi tenggelam dan ditinggalkan, kita ingin maju bersama-sama mendukung IKN,” tandasnya.
Kekawatiran tentang masyarakat lokal yang terpinggirkan di bidang ekonomi dan sosial budaya apabila IKN dibangun di Kaltim tentu harapkan tidak akan terjadi. Oleh sebab itu, Haji Ahmad pun meminta kepada pemerintah pusat dan daerah bersama Badan Otorita IKN, harus turun tangan langsung melindungi kepentingan kearifan lokal tersebut.
Lebih lanjut, Haji Ahmad menyampaikan pula, bahwa masyarakat di Kalimantan sangat heterogen, terdiri dari berbagai suku, etnis, bahasa dan budaya yang berbeda-beda, tapi tetap menjunjung tinggi dan menjaga persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa Indonesia.
“Sebagai Panglima Mandau Meratus, kami akan protes keras, kalau budaya dan kearifan lokal terpinggirkan,” pungkasnya.