HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik sekaligus cendikiawan muslim Abdillah Toha mengaku heran dengan sejumlah Partai Politik (Parpol) yang hingga kini belum melirik nama Mohammad Mahfud MD.

Padahal menurutnya, nama Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) itu merupakan sosok yang potensial untuk diusung menjadi calon presiden (capres) maupun cawapres di Pilpres 2024 mendatang.

“Kenapa ya nama Mahfud MD sejauh ini tidak ada partai politik yang menyebutnya sebagai potensial capres 2024?” kata Abdillah Toha dalam cuitan di akun twitternya @AT_AbdillahToha, Senin (26/9).

Dia menilai Mahfud sebagai sosok yang jujur dan pemberani. Hal itu dapat dapat dibuktikan dari rekam jejaknya selama duduk di kursi Menko Polhukam, dimana ia kerap muncul membongkar kasus-kasus besar di Tanah Air.

Sejumlah kasus teraebut antara lain, korupsi Asabri, kasus korupsi Satelit di Kemhan, memburu obligor BLBI, membongkar kasus Ferdy Sambo, mengawal kasus korupsi Gubernur Papua Lukas Enembe, hingga yang teranyar yakni kasus korupsi yang melibatkan Hakim Agung.

Abdillah lantas menyentil para parpol yang belum melirik sosok Mahfud MD. Padahal, parpol harusnya memilih sosok yang memang dibutuhkan oleh bangsa ini, yakni sosok yang bersih dan tegas.

“Apa partai pada takut semua mengangkat orang bersih dan tegas seperti beliau?” tanya Abdillah Toha.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga menyampaikan hal yang serupa, dimana ia mengaku kagum dengan keberanian Mahfud dalam mengungkap kebenaran.

Khofifah bahkan mengibaratkan Mahfud sebagai peluru yang tak terkendali. Dia menilai Mahfud sebagai seorang tokoh publik yang tak dapat dikendalikan oleh siapapun.

“Dulu di zaman Gus Dur, Pak Mahfud MD ini dikenal seperti peluru tak terkendali. Tak ada yang bisa mengendalikan beliau, sampai sekarang sepertinya,” ucap Khofifah, Minggu (25/9).

Lebih lanjut, Khofifah juga menjelaskan perihal kelas Mahfud yang sebenarnya. Dia menyebut Mahfud seharusnya di panggil kiai, karena kelasnya sudah mencapai masyayikh. Tapi, Mahfud lebih suka dipanggil nama saja.

“Beliau sebetulnya kelasnya masyayikh, kiai. Tapi seperti halnya Pak Alwi Shihab, Pak Nasaruddin Umar, juga Pak Quraish Shihab. Beliau seorang guru besar, seorang kiai, tapi lebih senang dipanggil namanya. Itulah sosok almukarrom Bapak Profesor Dr. KH Mohammad Mahfud MD,” ungkap Khofifah.