HOLOPIS.COM, JAKARTA – Taman Margasatwa Ragunan memiliki banyak sekali jenis satwa di dalamnya, sehingga tak heran bahwa tempat yang biasa disebut Kebun Binatang Ragunan tersebut menjadi salah satu wisata favorit masyarakat, terutama bagi warga Jakarta.
Diketahui, Kebun Binatang Ragunan saat ini memiliki sekitar 2220 jenis satwa, dengan populasi satwa sebanyak 2280 hewan.
Jumlah tersebut sudah dipastikan langsung oleh Staff Layanan Informasi dan Kehumasan Unit Pelayanan Taman Margasatwa Ragunan (UPTMR), Wahyudi Bambang dari data terkini.
“Populasinya 2280 satwa, kalo untuk jenisnya, jenis itu kan variasi hewannya ya, yakni sebanyak 2220 jenis,” ungkap Wahyudi saat ditemui tim Holopis.com.
Dalam hal ini, masyarakat tentunya menanti-nanti jenis hewan atau koleksi hewan baru dari Kebun Binatang Ragunan itu sendiri.
Namun, Wahyudi menjelaskan bahwa untuk mendatangkan koleksi satwa baru tidak segampang yang dipikirkan, ada proses panjang di dalamnya.
“Menambah koleksi satwa baru memang satu terobosan kalau kita bisa membuat atau mengadakan koleksi baru satwa, namun tidak semudah apa yang kita bayangkan,” ujarnya.
“Untuk mendapatkan satu koleksi baru yang berbeda dari spesies yang kita (red-Keun Binatang Ragunan) miliki itu justru harus menyiapkan banyak hal,” sambungnya.
Lanjutnya, Wahyudi menjelaskan bahwa persiapan itu harus dilakukan mulai dari sisi kandang, sisi habitat, hingga kesesuaian suhu lingkungan.
“Misalnya kita mendatangkan contoh lah Panda, panda itu kan tidak mudah ya, karena beda suhu di alam aslinya dengan di sini (red-Jakarta), di sini kan panas, sementara kalo panda itu hidup di iklim yang dingin, jadi agak sulit untuk bisa mendatangkan hewan yang tidak sesuai dengan suhu setempatnya atau suhu aslinya,” tukasnya.
Ada pun persiapan lain yang harus dilakukan ketika mendatangkan koleksi satwa baru, dimana Wahyudi menambahkan bahwa ada banyak kajian yang harus disiapkan.
“Dulu waktu kita mau mendatangkan Gorila ya, itu observasinya cukup lama bisa dua sampai tiga tahun, bisa dinyatakan bahwa tempat ini boleh didiami oleh Gorila, harus ada observasi, penelitian, kemudian juga konsultasi dengan habitat asli dari hewan itu didatangkan,” katanya.
“Kemudian kita mengirimkan petugas atau Zookeeper untuk bisa belajar cara merawat Gorila tersebut sampai Zookeeper tersebut bisa diterima oleh Gorila yang akan kita bawa kesini, jadi ada banyak proses yang harus kita lakukan,” tambahnya.
Meski begitu, Wahyudi menuturkan bahwa Kebun Binatang Ragunan itu sendiri saat ini sudah memiliki koleksi satwa yang cukup bervariasi, terutama memang satwa-satwa yang asli endemik Indonesia, dimana hal tersebut yang memang menjadi prioritas.