HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga 3 (tiga) jenis bahan bakar minyak (BBM) Pertamina, yakni Pertalite, Solar dan Pertamax.
Akan tetapi, keputusan untuk menaikkan harga BBM tersebut memicu pertanyaan di tengah masyarakat. Kenapa disaat harga minyak dunia sedang mengalami tren penurunan, pemerintah justru menaikkan harga BBM?
“Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak dalam sebulan terakhir mengalami penurunan,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers Pengalihan Subsidi BBM, Sabtu (3/9).
Sri Mulyani mengaku pihaknya telah melakukan kalkulasi atau hitungan-hitungan terkait harga BBM. Dari perhitungan tersebut, Dia mengatakan subsidi yang ditanggung oleh APBN masih akan tetap besar, meskipun harga minyak mentah Indonesia atau ICP turun ke angka US$90 per barel.
“Kami terus melakukan perhitungan, dengan harga ICP yang turun ke US$ 90 sekalipun maka subsidi masih akan besar,” jelasnya.
Rata-rata harga minyak dunia sejak awal tahun atau year to date (ytd) masih berada di level US$ 97 per barel.
“Dengan perhitungan ini maka angka kenaikan subsidi yang waktu itu disampaikan di media dari Rp 502 triliun tetap akan naik. Tidak menjadi Rp 698 triliun namun Rp 653 triliun,” terang Sri Mulyani.
Sedangkan kalau harga ICP di berada di level US$85 per barel, maka kenaikan subsidi bisa mencapai Rp640 triliun.
“Apabila harga ICP di atas 100 maka total subsidi ke masyarakat dalam bentuk BBM masih akan mencapai 649 triliun,” tutur Sri Mulyani.
Karena harga ICP sangat berpengaruh terhadap besaran subsidi energi, maka Bendahara negara itu memastikan bahwa pihaknya akan terus memperhatikan perkembangan harga ICP ke depan.
“Perkembangan dari ICP ini harus dan akan terus kita monitor karena memang suasana geopolitik dan suasana dari proyeksi ekonomi dunia masih akan sangat dinamis,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menaikkan harga tiga jenis BBM milik perusahaan pelat merah Pertamina. Harga Pertalite mulai hari ini, pukul 14.30 WIB tadi telah resmi dinaikkan menjadi Rp 10.000 per liter, kemudian solar subsidi menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter.
