JAKARTA, HOLOPIS.COM – Tim medis di Jalur Gaza, Palestina, menghadapi perjuangan yang berat karena selain menghadapi pandemi Covid-19, mereka juga harus menghadapi lonjakan pasien yang terluka akibat serangan yang tak berhenti dari Israel.
Para dokter di Jalur Gaza melaporkan bahwa saat ini rumah sakit di kawasan itu kewalahan menampung para warga yang penuh luka, sementara pasien Covid-19 juga masih berdatangan.
Ditambah lagi 6 Rumah Sakit (RS) dan 9 Pusat Kesehatan Medis di Jalur Gaza hancur diterjang bom Israel.
Mereka kian terpukul karena salah satu dokter yang berperan penting di satuan tugas penanganan Covid-19 tewas dalam salah satu serangan udara Israel.
Sementara itu, satu-satunya laboratorium penelitian Covid1-19 di Jalur Gaza juga rata dengan tanah akibat gempuran Israel.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hingga kini serangan udara Israel sudah merusak setidaknya 18 rumah sakit dan klinik. Nyaris setengah dari pasokan obatan-obatan penting pun sudah habis.
Di tengah gempuran Israel ini, para warga mulai berlindung ke tempat-tempat aman, salah satunya sekolah yang didirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Saat ini, sekolah itu sudah menampung sekitar 1.400 orang. Seorang ibu di Jalur Gaza, Nawal al-Danaf, sempat kesulitan mencari tempat kosong saat ia datang ke sekolah itu bersama kelima anaknya.
Ia akhirnya mendapatkan tempat di salah satu ruang kelas yang sebenarnya sudah padat. Namun, al-Danaf tetap khawatir karena banyak orang berkumpul di satu ruangan berarti potensi penularan Covid-19 makin tinggi.
“Sekolah ini memang aman dari perang, tapi ketika bicara soal corona, dengan satu keluarga di dalam satu ruangan, kami bisa saling menularkan,” ucap al-Danaf kepada Associated Press.
Tak hanya menjaga jarak, para warga yang mengungsi di sekolah itu pun tak memiliki masker sehingga potensi penularan Covid-19 pun kian tinggi.
Saat potensi penularan tinggi, warga di Jalur Gaza pun kesulitan untuk melakukan tes Covid-19 karena satu-satunya laboratorium Covdi-19 di sana juga hancur karena serangan Israel.
“Situasi ini seperti bom waktu karena warga tak dapat dites, dan mereka yang sudah terinfeksi tak akan tahu bahwa mereka sudah terinfeksi,” ucap kepala pencegahan penyakit dari Kementerian Kesehatan Palestina, Majdi Dhair. (Mhd)
Follow channel WhatsApp Holopis.com
Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.