HOLOPIS.COM, JAKARTA – Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro mendukung wacana pemerintah yang akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar 30 hingga 40 persen.

Alasannya ada dua, yakni BBM bersubsidi harus tetap ada dan memenuhi stok dalam negeri karena pertumbuhan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan salah satu komoditas di sektor energi ini.

Kedua, selama ini menurutnya, BBM bersibsidi juga telah menjadi beban tersendiri bagi keuangan negara, sehingga postur keuangan perlu disesuaikan untuk mengakomodir kebutuhan subsidi BBM ini.

“Persoalannya, pertumbuhan ekonomi ini juga didukung oleh subsidi BBM dan subsidi BBM menjadi permasalahan bagi keuangan negara ketika harga minyak dunia naik,” kata Ari kepada wartawan, Minggu (28/8).

Kemudian, Ari juga memberi saran kepada pemerintah agar mengontrol volume penyaluran BBM bersubsidi sehingga benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat yang tepat dan berhak.

Sekedar diketahui, bahwa pemerintah berencana untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Ada 3 (tiga) alasan mengapa wacana kebijakan ini dimunculkan. Antara lain ;

1. Harga minyak dunia melonjak

Diketahui, bahwa harga minyak mentah sepanjang pekan lalu turun hampir 1,3 persen dari rata-rata pekan sebelumnya karena perlambatan ekonomi global membayangi pemulihan permintaan di AS.

Kontrak berjangka West Texas Intermediate pengiriman September parkir di US$90,8 per barel pada Jumat (19/8) dan Brent di US$96,7 per barel.

Melihat pergerakan terkini, Bursa Berjangka Komoditi dan Derivatif melihat harga minyak secara teknikal berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$95 per barel.

Namun, apabila menemui katalis negatif, maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$85 per barel.

2. Beban subsidi tinggi

Saat ini, harga BBM jenis tertentu telah ditopang oleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp502 triliun. Kemudian, dengan harga minyak dunia yang tinggi, terdapat gap antara harga keekonomian dan harga jual Pertalite serta Solar.

Untuk itu, pemerintah berencana untuk mengurangi beban keuangan negara dengan pengurangan beban subsidi dan kompensasi energi tersebut.

Lalu, untuk gambaran umumnya, harga keekonomian BBM jenis Solar mencapai Rp18.150 per liter, tetapi dijual di SPBU seharga Rp5.150 per liter. Sementara itu, harga keekonomian Pertalite mencapai Rp17.200 per liter, dan dijual oleh PT Pertamina (Persero) seharga Rp7.600 per liter.

3. Harga minyak mentah Indonesia sedang tinggi

PT Pertamina Persero saat ini telah menaikkan harga BBM komersial, yaitu Pertamax Turbo (RON 98), Dexlite, dan Pertamina Dex. Kenaikan harga ini disebabkan oleh harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) yang masih tinggi.

Lalu, harga minyak mentah sering kali bersifat fluktuatif, tetapi di Indonesia, saat ini, harganya masih cenderung tinggi.

Bahkan berdasarkan catatan Pertamina, harga rata-rata ICP per Juli 2022 berada di kisaran US$106,73 per barel atau lebih tinggi 24 persen daripada Januari 2022. Dan untuk mengantisipasi kenaikan harga tersebut, Pertamina sedang berfokus untuk melakukan sosialisasi terkait dengan program pembatasan pembelian BBM bersubsidi pertalite sembari meningkatkan jumlah pendaftar pada aplikasi MyPertamina.