HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Milenial Indonesia, Yusup Salam memberikan kritikan kerasnya kepada Zulkifli Hasan yang terkesan tak bisa menempatkan diri antara menjadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) dengan menjadi Menteri Perdagangan.

“Kadang saya berfikir, apakah pak Zulkifli Hasan ini sudah paham bagaimana membedakan porsi peran sebagai ketua umum Partai Politik dan Menteri?,” kata Yusup kepada Holopis.com, Kamis (25/8).

Ia mengatakan, bahwa sejak pertama kali dilantik sebagai Menteri Perdagangan oleh Presiden Joko Widodo, Zulhas (panggilan karib Zulkifli Hasan) ini sudah berulah yang membuat kontroversi di tengah kondisi masyarakat yang sedang terdampak krisis kebutuhan bahan pokok.

Narasi yang keluar dari mulut Zulhas menurut Yusup tak lebih dari sekedar ketum partai politik yang bersikap terlalu politis, sebagai profesionalitas sebagai menteri.

“Padahal pak Jokowi memiliki tujuan sangat baik, dengan mengganti Nahkoda Kementerian Perdagangan RI itu agar pengendalian stok dan harga pangan di Indonesia lebih stabil,” ujarnya.

Dipaparkan Yusup, Zulhas sepertinya masib terlihat menunjukan gestur dan gaya komunikasi dirinya yang dominan berperan sebagai ketua umum partai, bukan sebagai Menteri. Mulai dari janji awalnya yang mengatakan dalam waktu satu-dua bulan bisa mengendalikan harga minyak goreng, tapi nyatanya hingga saat ini minyak goreng masih mahal.

Adapun program MinyakKita, tetap saja tidak semua masyarakat mampu menjangkaunya, entah karena persoalan informasi, atau karena mekanismenya yang tidak mudah.

Bahkan belakangan ini publik diramaikan oleh video amatir yang diduga menunjukan aksi Zulhas mempolitisasi program MinyakKita untuk kampanye anaknya sendiri di Lampung, meskipun ia sempat membatah dugaan tersebut.

“Kami rasa semua orang bisa memahami apa maksud dan tujuan sebenarnya dari aksi dalam video tersebut,” tandasnya.

Lebih lanjut, Yusup juga menyebut bahwa masalah pengendalian harga minyak goreng yang belum tuntas dan di tengah krisis yang muncul akibat inflasi, publik pun sekarang diramaikan dengan statemen Zulhas yang bisa saja menyakiti hati masyarakat, dan dilanjutkan mengucap janji yang sama bahwa beberapa pekan akan dikendalikan harga telur.

“Jadi begini kah cara komunikasi dan gesture seorang Menteri? Saya melihat pak Zulkifli ini seperti pejabat gaya masa lalu, tidak mencerminkan pemerintahan gaya pak Jokowi,” ucapnya.

Saat ini Zulhas beralasan jika kenaikan harga telur ini salah satunya karena dampak pembagian sembako gratis dari pemerintah yang porsinya banyak item telur. Yusup menilai alasan itu tak masuk nalar.

“Maksudnya bagaimana? Kan bantuan telur itu dibeli di Indonesia, artinya input dan output stok telur kan tidak ada yang berubah signifikan, tetap terbeli. Ini logika sederhana,” sambungnya.

Bisa saja masuk akal kalau pemerintah membeli telur untuk bantuan berasal dari impor atau membeli dengan harga rendah di bawah standar, sehingga membuat disparitas dan menjadi sebab harga telur melonjak naik.

“Tentu ini adalah masalah, dan perlu diselidiki lebih dalam terkait apa dan bagaimana dalaman kementerian ini bekerja,” terangnya.

Oleh karena itu, ia pun memperingatkan kepada Zulhas agar fokus menjadi menteri, bukan menjadi politisi. Apalagi sektor yang dipercayakan Presiden Jokowi kepadanya sangat berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dan masuk kategori pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

“Saya berharap agar pak Zulkifli ini jadilah Menteri yang baik, lepaskan dan lupakan dulu atribut sebagai ketua umum partai saat bertugas menjadi seorang Menteri, jangan sampai membebani dan memperkeruh nama, serta niat baik pemerintahan pak Jokowi,” pungkasnya.