HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus sebesar USD2,4 miliar pada kuartal II-2022, setelah pada kuartal sebelumnya sempat mengalami defisit sebesar USD1,8 miliar.

“Peningkatan kinerja NPI tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan yang meningkat dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial,” ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono seperti dikutip dari keterangan tertulisnya (19/8).

Tercatat surplus transaksi berjalan pada kuartal kedua tahun 2022 ini sebesar USD3,9 miliar atau 1,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), naik jika dibanding dengan kuartal sebelumnya yang hanya sebesar USD0,4 miliar atau 0,1 persen dari PDB.

“Kinerja transaksi berjalan tersebut terutama didukung oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan harga komoditas global yang tetap tinggi,” ujar Erwin.

Namun di sisi lain, Erwin mencatat defisit neraca perdagangan migas justru meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan impor sebagai respon atas permintaan yang meningkat seiring dengan mobilitas masyarakat yang meningkat, serta tingginya harga minyak dunia.

Kemudian untuk kinerja transaksi modal dan finansial pada kuartal II-2022 diklaim tetap terjaga, meskipun masih mengalami defisit sebesar USD1,1 miliar atau 0,3 persen dari PDB, masih tergolong lebih baik dibandingkan dengan defisit USD2,1 miliar atau 0,7 persen pada kuartal I-2022.

“Kinerja transaksi modal dan finansial ditopang oleh aliran masuk neto (surplus) investasi langsung sebesar 3,1 miliar dolar AS, melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya yang mencerminkan optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga,” tutur Erwin.

kinerja investasi portofolio juga menunjukkan perbaikan terbatas dengan mencatat defisit yang lebih rendah sebesar 0,4 miliar dolar AS, di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Di sisi lain, Erwin mencatat adanya transaksi investasi lainnya yang mengalami kenaikan defisit, terutama yang disebabkan oleh peningkatan kebutuhan pembayaran utang yang jatuh tempo.