HOLOPIS.COM, JAKARTA – Penampakan pelukan mesra antara Irjen Pol Ferdy Sambo dengan Irjen Pol Muhammad Fadil Imran yang diduga sebagai peristiwa cipta kondisi skenario pembunuhan Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) oleh bosnya sendiri, saat ini malah berbalik menjadi momok tersendiri bagi Fadil Imran.

Pasalnya, Kapolda Metro Jaya tersebut saat ini disebut-sebut sedang menjadi bidikan Inspektorat Khusus (Itsus) Mabes Polri untuk diperiksa dan dimintai diketerangan sebagai bagian dari upaya penuntasan kasus dugaan pembunuhan berencana yang dilakukan oleh bekas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo di Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat 8 Juli 2022 lalu.

Terkait dengan hal itu, Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti menyampaikan bahwa seluruh pemeriksaan itu sudah menjadi tugas yang harus dilakukan oleh Irsus sebagai pelaksana penanganan kasus pembunuhan polisi terhadap ajudannya itu.

“Irsus pasti akan memeriksa dan melakukan penelusuran secara menyeluruh (terhadap) siapa saja yang diduga terlibat,” kata Poengky kepada wartawan, Kamis (18/8).

Pun demikian, belum ada bocoran apapun terkait dengan peran pasti Fadil Imran di dalam pusaran kasus yang menyeret sahabatnya itu.

Perlu diketahui, bahwa Irjen Pol Fadil Imran mendatangi Irjen Pol Ferdy Sambo. Di dalam pertemuan itu, Fadil tampak langsung memeluk erat Ferdy Sambo yang saat itu menampakkan diri sedang menangis tersedu-sedu. Bahkan Fadil pun sesekali mencium kepala Ferdy Sambo dengan dalil sedang memberikan dukungan moril kepada juniornya itu.

“Saya memberikan support kepada adik saya, Sambo, agar tegar menghadapi cobaan ini. Ini tidak mudah dan dapat menimpa siapa saja,” kata Fadil di Jakarta, Kamis (14/7).

Namun, aksi pelukan antara Fadil dan Sambo pun sempat dibela oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo pada hari Rabu (20/7). Ia menilai bahwa pelukan hangat Fadil ke Ferdy hanya sebatas rasa empati saja sesama jenderal polisi bintang dua.

“Kejadian antara Kapolda dengan Ferdy itu personal, rasa empatinya saja,” kata Dedi.