HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat progres pembangunan smelter konsentrat tembaga oleh PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, hingga Jumat (29/7) sudah mencapai 34,9 persen.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif menargetkan, setengah atau 50 persen dari progres pembangunan smelter single line terbesar di dunia itu rampung pada akhir tahun 2022 ini, sehingga bisa rampung seluruhnya pada kuartal II-2023.

“Progresnya saya lihat terukur dan kini sudah mencapai 34,9 persen dengan biaya yang sudah dikeluarkan lebih dari US$1 miliar. Ditargetkan sampai akhir tahun ini progresnya bisa mencapai 50 persen,” kata Arifin saat meninjau pembangunan smelter Freeport di Gresik, Jumat (29/7).

“Kami harapkan kuartal kedua tahun 2023 konstruksi sudah selesai,” katanya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas mengklaim bahwa progres pembangunan saat ini sudah cukup bagus dan melebihi dari target yang telah ditetapkan.

Sama dengan Arifin, dia juga berharap progres pembangunan Smelter Freeport tersebut bisa mencapai 50 persen pada akhir 2022 nanti.

Pada saat itu, estimasi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan smelter di atas lahan seluas 100 hektare itu sekitar USD1,5 miliar.

“Untuk sekarang yang sudah kami kerjakan adalah beberapa pailing (pondasi tiang pancang) telah terpasang, yakni mencapai 11 ribu dari total 16 ribu pailing atau 65 persen, dengan konkrit pouring mencapai 20 ribu meter kubik, dari rencana total sekitar 220 ribu meter kubik,” kata Tony.

Dia mengatakan aktivitas pembangunan hingga kini terus dilakukan secara intensif dengan perusahaan kontraktor PT Ciyoda International Indonesia (CII) yang fokus pemadatan lahan, serta dibantu Adhi Karya, serta beberapa kontraktor lokal lainnya.

Dia menargetkan konstruksi fisik pembangunan Smelter Freeport rampung secara total pada akhir tahun 2023, dan hal itu bukan hanya Smelter Manyar namun ekspansi PT Smelting yang akan ditambah sebesar 300 ribu ton.

“Untuk mulai produksi, kami rencanakan pada Mei 2024,” tuturnya.

Tony pun menyampaikan sejumlah kendala dalam menjalankan progres pembangunan Smelter Freeport di Gresik, salah satunya yakni Pandemi Covid-19 yang membuat pekerjaan sempat berhenti sementara lantaran adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Meski demikian, ia meyakini pihaknya mampu menyelesaikan proyek pembangunan smelter sesuai dengan target yang telah disepakati bersama Kementerian ESDM.

“Kami yakin proyek ini akan mampu selesai sesuai target, meski jadwalnya cukup ketat, sesuai dengan yang disepakati Kementerian ESDM,” pungkasnya.