HOLOPIS.COM, GORONTALO – Provinsi Gorontalo sering diguyur hujan saat memasuki musim kemarau karena dipengaruhi oleh nilai Southern Oscillation Index (SOI) yang masih tinggi.

Dari data klimatologis yang ada, bagian selatan Gorontalo merupakan non Zona Musim atau ZOM. Sementara itu, di bagian utara merupakan wilayah ZOM.

Nilai Southern Oscillation Index (SOI) yang masih tinggi itu punya peran dalam aktivitas awan kovektif yang berpengaruh pada curah hujan di Gorontalo.

“Memang seharusnya mulai bulan Juni, Gorontalo sudah memasuki musim kemarau atau potensi hujannya kurang. Tapi saat ini masih hujan karena dipengaruhi oleh nilai Southern Oscillation Index (SOI) yang masih tinggi,” jelas Koordinator Bidang Observasi Stasiun Meteorologi Kelas 1 Djalaluddin Gorontalo, Roni Ridwan, Senin (18/7).

Gelombang Rossby Ekuatorial juga mempengaruhi cuaca di wilayah Sulawesi. Menurut Roni, gelombang tersebut merupakan gelombang atmosfir di wilayah ekuatorial atau khatulistiwa yang memicu aktifnya awan konvektif di wilayah tersebut.

Ia juga mengungkapkan penyebab lainnya adalah adanya suhu permukaan laut di sekitar Gorontalo yang masih panas.

“Wilayah Gorontalo diapit oleh Laut Sulawesi di bagian Utara dan Teluk Tomini di bagian Selatan, kedua perairan ini memiliki anomali suhu yang positif yang menyebabkan pertumbuhan awan konvektif. Jika dikombinasikan dengan potensi atau penyebab yang lain, akan menambah peluang terjadinya hujan,” ujarnya.

Sementara itu, hujan intensitas sedang hingga lebar mengguyur sebagian besar wilayah di Provinsi Gorontalo pada Senin (18/7) dan menyebabkan banjir melanda sejumlah pemukiman di Kota Gorontalo.