HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sopir angkutan umum (angkot) geram karena penumpang semakin berkurang imbas maraknya pelecehan seksual yang terjadi di dalam angkot.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang sopir angkot jurusan Kampung Rambutan-Depok, Amin.
“Ya kesal juga sih, kan jadi buat tambah sepi penumpang, mereka nanti bisa pindah ke online, udah sepi makin sepi lagi,” kata Amin kepada wartawan, Kamis (14/7).
Amin juga mengungkapkan kekhawatirannya akan penumpang yang beralih ke transportasi online. Kejadian pelecehan yang terjadi akhir-akhir ini memperparah keadaan dan membuat sepinya penumpang.
Selanjutnya, ia juga menambahkan bahwa dirinya bersama sopir lainnya sudah berusaha untuk menjaga penumpang dengan saling mengingatkan. Namun, perlu ada kesadaran dari penumpang juga untuk saling mengingatkan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
“Kalau saya jaganya paling kalau melihat ada yang gelagatnya aneh-aneh paling saya langsung liatin dari spion tengah ini, biasanya nanti yang diliatin jadi rishi atau malu,” lanjutnya.
Kemudian, sopir angkot lainnya, Hendri juga mengungkapkan hal serupa dengan Amin. Hendri mengatakan bahwa akan sulit untuk mengetahui kejadian pelecehan seksual saat kondisi kendaraan sedang ramai. Ia hanya akan tau apa yang terjadi apa bila ada penumpang yang mengadukan peristiwa itu.
“Susah juga karena sambil nyetir juga, paling kalau penumpangnya teriak atau kasih tau ke kita ada apa baru kita bantu apa yang bisa,” kata Hendri.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merencanakan pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan, namun wacana tersebut batal.
Untuk mencegah terjadinya kasus pelecehan seksual di transportasi umum, saat ini sudah ada layanan Pos Sapa di 23 halte TransJakarta, 13 stasiun MRT, 6 stasiun LRT, dan akan memperluas jangkauannya ke angkutan kota atau menghubungi call center 112.