HOLOPIS.COM, BALI – Konservasi terhadap burung jalak bali (Leucopsar rothschildi) atau curik, mulai menunjukan keberhasilan dengan mulai meningkatnya angka populasi yang menuju angka stabil.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Agus Ngurah Krisna, jalak bali sempat tidak ditemukan pada tahun 2006. Saat ini, jumlahnya ada sebanyak 452 ekor.
“Burung curik atau jalak bali yang pada 2006 sempat tidak ditemukan di alam dan sekitar 2007 hanya terdapat tujuh sampai 10 ekor sekarang sudah ada sebanyak 452 ekor,” katanya.
Agus mengatakan pihaknya optimistis, dipenghujung 2022 jumlahnya akan meningkat hingga 500 ekor.
“Harapan kami kalau sudah 452 ekor, pakar ahli burung menyatakan populasi yang aman itu 500 ekor. Ini sudah mendekati, artinya akan stabil meningkat atau menurun sedikit tergantung dari dukungan masyarakat,” jelasnya.
Konservasi jalak bali dijelaskannya, sudah dilakukan sejak tahun 1990 oleh Unit Suaka Satwa atau penangkaran.
“Sudah kami siapkan untuk wisata habituasi. Nah di kandang habituasi dua sampai tiga bulan kemudian kami lepaskan ke alam, setelah lepas ke alam kami lakukan monitoring (pemeriksaan) petugas taman nasional di masing-masing resor (wilayah kerja),” katanya.
Saat ini, kata dia, satwa berstatus critical endangered atau hampir punah tersebut dibebaskan dalam hutan-hutan kawasan Taman Nasional Bali Barat, yang dibagi menjadi enam resor, dengan pantauan langsung dari polisi hutan.
“Satu resor seluas 3.000 hektare, terdapat enam resor yaitu resor Gilimanuk, Pulau Menjangan, Berumbun, Labuan Lalang, Teluk Terima, dan Anggar Sari. Paling banyak (Jalak Bali) di resor Labuan Lalang dan Teluk Terima,” katanya.
Burung yang diharapkan statusnya turun tidak lagi kritis ini, kata dia, dapat hidup berpindah ke kawasan hutan lainnya, bahkan masuk ke pekarangan warga, sehingga masing-masing resor memiliki jumlah yang berbeda.
“Ini terkait jalur jelajah, tipikal habitat, di Resor Berumbun habitatnya savana, saat musim kemarau tidak ada sumber air dan daun gugur maka burung akan pindah ke areal hutan lain. Sedangkan Resor Labuan Lalang dan Teluk Terima adalah hutan evergreen sepanjang tahun hijau atau hutan hujan dataran rendah dan ada sumber air sungai,” katanya.
Di luar resor kawasan hutan, harapannya agar ke depan sebaran jalak bali semakin jauh dan meluas, sehingga dukungan dari masyarakat dinilai penting sebagai salah satu lokasi yang kerap dipilih curik untuk menetap.