JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengingatkan bahaya perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh lengah dalam menjaga sektor pangan di tengah kondisi global yang semakin tidak menentu.
Menurut Gibran, dampak perubahan iklim kini sudah semakin terasa nyata, mulai dari kekeringan ekstrem, banjir besar, hingga longsor yang merusak lahan pertanian dan memusnahkan hewan ternak.
“Dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Baik kekeringan ekstrim, banjir, maupun longsor yang merusak lahan-lahan pertanian dan mematikan hewan-hewan ternak,” ujar Gibran dalam pernyataannya di kanal YouTube GibranTV, seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (10/5).
BACA JUGA
- SBY Serukan Aksi Global Atasi Krisis Iklim: “Jangan Abaikan Ancaman Nyata Ini”
- Dari Tebu Jadi Bioetanol, Gibran Dorong Hilirisasi Pertanian Demi Energi Bersih
- Gerakan Indonesia Menanam, Gibran Ajak Warga Turun Tangan Jaga Ketahanan Pangan
- Gibran Siap Perangi Mafia Pangan
- Jangan Cuma Ngonten, Gibran Ajak Anak Muda Ikut Jawab Tantangan Pangan!
Di tengah situasi tersebut, Gibran mengungkapkan bahwa setidaknya 11 negara di dunia telah melakukan pembatasan ekspor pangan. Hal ini dinilai sebagai bentuk proteksi akibat ketidakpastian pasokan.
“Jika kondisi semakin sulit, tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak negara yang melakukan pembatasan ekspor untuk melindungi kepentingannya masing-masing,” ucapnya.
Ia mengingatkan bahwa tanpa ketahanan pangan, sebuah negara bisa kehilangan daya hidup dan kedaulatan.
“Tidak ada satupun negara yang bisa berdiri tanpa pangan. Tidak ada peradaban yang bisa hidup tanpa pangan. Tidak ada negara bentuk apapun yang bisa berdiri tanpa pangan,” tegas Gibran.
Menghadapi ancaman global ini, Gibran menekankan pentingnya membangun sistem pangan yang tangguh melalui pemanfaatan sumber daya alam dan penguatan infrastruktur. Ia menyebut Indonesia memiliki 28 juta petani dan kekayaan alam yang melimpah, dari padi, jagung, kopi, hingga buah tropis.
“Alam Indonesia juga kaya dan syukur. Kita memiliki beragam komoditas unggulan. Padi, sawit, kakao, kopi, jagung, tebu, buah-buahan tropis, semua tumbuh syukur,” katanya.
Untuk mendukung pertanian yang lebih adaptif terhadap cuaca ekstrem, Gibran menyebut pembangunan dan perbaikan irigasi menjadi prioritas. Sebanyak 53 bendungan baru telah dibangun, 45 di antaranya mendukung irigasi lahan pertanian. Total kini ada 218 bendungan yang berfungsi mengairi lahan produktif.
“Memang dibutuhkan pembangunan dan perbaikan irigasi, baik primer, sekunder, maupun tersier,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya teknologi dan riset dalam menghadirkan solusi konkret terhadap ancaman iklim. Mulai dari bibit unggul tahan hama hingga pergudangan modern untuk menyimpan hasil panen.
“Yang juga perlu kita kembangkan adalah ekosistemnya. Bagaimana teknologi bisa memacu peningkatan produksi dan mengefisienkan rantai distribusi?” tutur Gibran.
Di akhir pernyataannya, Gibran mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan demi masa depan Indonesia.
“Menciptakan masa depan pangan yang lebih baik dan kuat untuk Indonesia. Dari kita, oleh kita, untuk kita semua sebagai bangsa yang berdaulat,” pungkasnya.