JAKARTA – Raksasa otomotif Jepang, Toyota Motor Corp., memperkirakan penurunan laba bersih tajam untuk tahun 2025, akibat kenaikan tarif dari Amerika Serikat serta penguatan nilai tukar mata uang Jepang, yakni yen.
Toyota menyebut laba bersih diproyeksikan merosot 34,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi sekitar 3,1 triliun yen, atau setara Rp353 triliun. Laba operasional perusahaan untuk periode hingga Maret 2026 juga diperkirakan turun 20,8 persen menjadi sekitar Rp433 triliun.
Untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2025 lalu, Toyota membukukan laba bersih sebesar Rp544 triliun (4,77 triliun yen), atau turun 3,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan pada periode tersebut tercatat sebesar Rp5.476 triliun (48,04 triliun yen), naik 6,5 persen secara tahunan.
BACA JUGA
- Joe Biden Kena Kanker Prostat Ganas, Sudah Sampai ke Tulang
- Rupiah Dibuka Melemah Awal Pekan Ini, Intip Biang Keroknya
- Kadin Yakin RI Bisa Jadi Juru Kunci Perdamaian Dagang AS-China
- Warga Palestina Kecewa dengan Pidato Trump yang Dinilai Tak Berperikemanusiaan
- Nasaruddin Umar Terima Gelar Doctor of Divinity dari Hartford International University
“Perkiraan dampak tarif AS pada April dan Mei 2025 telah diperhitungkan secara tentatif,” kata Toyota dalam keterangannya, yang dikutip Holopis.com dari Xinhua News, Jumat (9/5).
Perusahaan mengungkapkan bahwa laba operasional akan terdampak sebesar Rp20,5 triliun (180 miliar yen) hanya dalam dua bulan tersebut.
“Masih sangat sulit untuk memperkirakan prospeknya karena rincian tarif masih belum pasti,” ungkap Presiden dan CEO Toyota, Koji Sato, dalam konferensi pers.
Toyota diketahui mengekspor sekitar 500.000 unit kendaraan setiap tahunnya ke Amerika Serikat dari Jepang. Sato menjelaskan, perusahaan saat ini tengah menyusun strategi distribusi ulang untuk menghindari beban tarif.
“Jadi dalam jangka pendek, kami sedang menyesuaikan pengiriman … sementara dalam jangka menengah hingga panjang, kami akan mengupayakan pengembangan produk-produk lokal yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan lokal,” tambahnya.
Selain tarif, faktor penguatan yen juga turut membebani. Toyota memperkirakan apresiasi nilai tukar yen terhadap dolar AS akan memangkas laba operasional sebesar Rp85 triliun (745 miliar yen) sepanjang tahun fiskal 2025.