BOGOR – Kementerian Agama (Kemenag) tengah menyusun langkah strategis untuk menangkal potensi konflik keagamaan dengan pendekatan berbasis teknologi. Salah satunya melalui pengembangan Case Management System yang akan memanfaatkan chatbot WhatsApp sebagai alat pelaporan dan deteksi dini konflik sosial berbasis agama.
Langkah inovatif ini diungkapkan Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat, saat membuka kegiatan Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) yang digelar Kanwil Kemenag Jawa Barat di Bogor, Senin (5/5) lalu.
“Selama dua tahun terakhir (2023–2024), tercatat 41 kasus konflik sosial berdimensi keagamaan. Jumlah ini belum termasuk pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan yang turut menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi,” ungkap Arsad dalam rilis Kemenag yang diterima Holopis.com, Rabu (7/5).
BACA JUGA
Case Management System ini akan didukung standar operasional prosedur (SOP), protokol penanganan konflik, panduan teknis, serta pemanfaatan teknologi digital untuk mempercepat respon terhadap potensi gesekan antarumat beragama.
Menurut Arsad, langkah ini penting untuk memperkuat alert culture atau budaya kesiapsiagaan di kalangan penyuluh dan penghulu Kemenag. Mereka dituntut mampu mengenali tanda-tanda awal konflik dan bertindak cepat sebelum konflik berkembang menjadi lebih luas.
“Alert culture mesti dimiliki oleh tiap penyuluh dan penghulu,” tegasnya.
Adapun nantinya, sebanyak 50 penyuluh dan penghulu dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat dilibatkan dalam pelatihan SPARK.
Dalam kegiatan ini, mereka dibekali berbagai kemampuan untuk menjadi penanggap pertama dalam situasi konflik sosial keagamaan, membangun komunikasi lintas sektor dengan tokoh masyarakat dan aparat, serta menyusun langkah pencegahan berbasis lokal dan berbasis data.
Pelatihan SPARK menjadi bagian dari strategi besar Kemenag dalam menyiapkan SDM penanganan konflik yang tangguh, adaptif, dan responsif terhadap dinamika sosial yang berkembang di tengah masyarakat.
“Setelah mengikuti SPARK, para peserta diharapkan mampu memperkuat peran strategis mereka sebagai garda terdepan dalam menjaga kerukunan dan mencegah eskalasi konflik sosial keagamaan,” tandas Arsad.