HolopisPolhukamBareskrim Turun Tangan Langsung di Kasus Predator Seksual di Jepara

Bareskrim Turun Tangan Langsung di Kasus Predator Seksual di Jepara

JAKARTA – Bareskrim Polri melalui Direktorat Tindak Pidana Pelindungan Perempuan dan Anak serta Pemberantasan Perdagangan Orang (PPA-PPO) memberikan dukungan penuh terhadap pengungkapan kasus predator seksual yang mengguncang Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

“Direktorat PPA dan PPO memberikan backup terhadap penanganan kasus tersebut, termasuk bantuan teknis dari Puslabfor, Pusident, dan Pusdokkes Polri,” ungkap Direktur PPA-PPO Bareskrim Polri Brigjen Pol Nurul Azizah dalam keterangannya, Jumat (2/5/2025).

Bareskrim juga menggandeng berbagai pihak, termasuk Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI), Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA), rumah sakit, hingga lembaga berbasis masyarakat untuk memastikan respons cepat dan komprehensif terhadap kebutuhan korban. Layanan pendampingan psikologis serta bantuan tenaga profesional disiapkan guna menjamin pemulihan yang menyeluruh.

Brigjen Nurul menegaskan bahwa Polri berkomitmen menindak tegas setiap bentuk kekerasan seksual, serta memastikan proses hukum berjalan adil dan berpihak kepada korban. Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi kekerasan seksual, baik secara fisik maupun digital.

“Dukung korban dengan empati, hindari reviktimisasi, dan dorong akses layanan pemulihan seperti bantuan psikologis, medis, dan hukum,” tegasnya.

Masyarakat yang menemukan atau mencurigai adanya tindak kekerasan seksual dapat melapor melalui saluran resmi Polri di nomor 110, Kementerian PPPA di nomor 129, atau Kementerian Sosial di nomor 1500771.

Diketahui Sobat Holopis, bahwa jajaran dari Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng telah menangkap seorang pemuda bernama Safiq (21) karena kasus kekerasan seksual terhadap 31 remaja perempuan. Ia merupakan pemuda asal Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara yang berprovesi sebagai buruh harian usaha konveksi.

Dari pengakuan awal tersangka saat ditangkap polisi, korbannya berjumlah 21 remaja putri dengan usia antara 12,14, 17 dan 18 tahun. Namun setelah dilakukan penggeledehan dan ditemukan bukti tambahan, jumlah korbannya bertambah dari 21 anak menjadi 31 anak di bawah umur.

Kasus ini tengah ditangani oleh Polda Jawa Tengah. Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Pol Dwi Subagio menyampaikan bahwa pelaku diduga telah memanfaatkan platform digital seperti Telegram dan media sosial untuk memanipulasi para korban yang mayoritas adalah pelajar.

“Jumlah korban yang teridentifikasi kini telah bertambah menjadi 31 anak di bawah umur. Kami masih mendalami motif pelaku dan terus membuka ruang bagi korban lain untuk melapor,” ujar Kombes Dwi Subagio.

Kasus predator seksual ini menjadi pengingat keras akan pentingnya pengawasan terhadap aktivitas daring anak-anak serta perlunya edukasi dini tentang pelindungan diri. Polri dan lembaga terkait terus mengintensifkan langkah hukum dan sosial demi memastikan keadilan bagi para korban dan mencegah tragedi serupa terulang.

WhasApp Channel

Ikuti akun WhatsApp Channel kami untuk mendapatkan update berita pilihan setiap hari.

Berita Terbaru

Berita Terkait