JAKARTA – Akibat serangan dari Israel sejak 2023, banyak warga Palestina yang menjadi sengsara. Puluhan ribu orang meninggal dunia, dan sisanya harus hidup tak layak karena kehilangan pekerjaan. Contohnya seorang petani yang hanya bisa termenung di balkon tempat tinggalnya.
Di Tal al-Hawa di sebelah barat Gaza City, seorang petani Palestina bernama Akram Abu Khosa (49) hanya bisa menggulir foto dan video ladang stroberi subur miliknya dulu.
“Sekitar dua tahun yang lalu, saya masih bisa menghirup udara segar setiap pagi di tengah ladang tersebut. Namun kini, saya terpaksa melihat kehancuran di sekitar saya dan mengingat ladang saya hanya melalui video dan foto,” ungkap ayah enam anak tersebut, dikutip Holopis.com, Jum’at (2/5).
BACA JUGA
- Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Israel Malah Lanjut Perluas Serangan
- Israel Izinkan Bantuan Dikirim ke Gaza, Tapi…
- Pemilik Brand Es Krim Ben & Jerry’s Ingin Lanjutkan Perjuangan Bela Rakyat Palestina
- 500.000 Warga London Turun ke Jalan, Tuntut Gencatan Senjata di Palestina
- Israel Blokade 71 Persen Wilayah Jalur Gaza dan Bikin Warga Makin Sengsara
Ladang keluarga Abu Khosa di Beit Lahia tadinya merupakan model inovasi. Dengan bantuan sejumlah saudara laki-lakinya, dia merintis kebun stroberi gantung pertama di Gaza, yang menghasilkan hampir 37 ton buah setiap tahunnya.
“Namun sekarang ladang itu sudah hancur,” keluhnya. Terletak hanya 2 kilometer dari perbatasan Israel, ladang itu menjadi salah satu objek pertama yang terdampak perang tersebut. Serangan Israel tidak hanya memusnahkan tanaman dan rumah kaca, tetapi juga menghancurkan tiga rumah keluarga.
Keluarga Abu Khosa, seperti puluhan ribu warga lainnya, mengungsi ke Gaza selatan dan saat ini berbagi apartemen yang sempit dengan 35 sanak saudara.
“Selama 18 bulan perang, saya tidak pernah berhenti memikirkan lahan saya,” ujarnya.
“Di sanalah, kami dapat bertahan hidup, membangun kehormatan kami. Kini, saya hanya berupaya bertahan hidup,” lanjuarnya.
Abu Khosa merupakan satu dari 55.000 lebih petani yang kehilangan lahan mereka akibat serangan Israel, menurut Mohammed Abu Oda, juru bicara otoritas pertanian Gaza yang dikelola oleh Hamas.
“(Luas) lahan pertanian sekitar 167.000 dunam (16.700 hektare) telah hancur atau rusak,” tuturnya kepada Xinhua, memperkirakan nilai kerugian pertanian secara langsung mencapai 326 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.787).
“Sektor itu tadinya menghasilkan 373 juta dolar AS setiap tahunnya dan memenuhi hampir 60 persen kebutuhan pangan lokal. Kini, ekspor telah berhenti sepenuhnya, dan produksi lokal tidak dapat memenuhi permintaan,” imbuhnya.
Sebagai informasi Sobat Holopis, serangan Israel di tempat pengungsian Jabaliya baru saja membunuh seorang anak perempuan dan dua warga yang terkula. Sejauh ini, serangan Israel telah membunuh lebih dari 52.400 orang dan membuat 118.000 lainnya luka-luka.