HolopisPendidikanRefleksi Hardiknas 2025: Peringatan Maraknya Korupsi di Dunia Pendidikan

Refleksi Hardiknas 2025: Peringatan Maraknya Korupsi di Dunia Pendidikan

JAKARTA – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 menjadi momentum refleksi bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk mengingat kembali nilai-nilai pendidikan yang diwariskan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Kepala Pusat Pengembangan Komantren, Manajemen, Kepemimpinan, dan Moderasi Beragama Kementerian Agama (Kemenag), Syafi’i mengingatkan kembali filosofi pendidikan yang dibawa Ki Hadjar Dewantara: “Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”

Menurutnya, prinsip-prinsip tersebut relevan dalam membentuk karakter siswa dan gaya kepemimpinan di Indonesia pada masa sekarang ini.

“Pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga soal teladan, semangat, dan dorongan bagi anak-anak kita. Jangan biarkan birokrasi dan administrasi membelenggu kemerdekaan siswa dalam mengembangkan potensinya,” ujar Syafi’i dalam kolom opininya, yang dikutip Holopis.com, Jumat (2/5).

Namun, Syafi’i menyayangkan kondisi dunia pendidikan Indonesia saat ini yang turut terdampak praktik korupsi. Ia menyoroti data Transparency International 2024 yang menempatkan Indonesia di urutan ke-6 negara terkorup di ASEAN, serta skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) global Indonesia yang stagnan di angka 34 dari 100.

“Korupsi menyasar berbagai sektor, termasuk dunia pendidikan. Survei KPK tahun 2024 menunjukkan bahwa 28 persen sekolah masih melakukan pungutan liar saat penerimaan siswa baru,” ungkapnya.

Menurut Syafi’i, maraknya korupsi merupakan cerminan dari lemahnya penanaman nilai integritas dan kemanusiaan dalam sistem pendidikan. Ia menilai bahwa pendidikan moral dan agama yang diajarkan selama ini belum sepenuhnya membentuk karakter berintegritas.

Sebagai solusi, Syafi’i mendukung Kurikulum Cinta yang diinisiasi oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar. Kurikulum ini mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar pendidikan dan kehidupan, bukan dalam makna sempit, tetapi sebagai cinta terhadap sesama, lingkungan, dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Kurikulum Cinta menempatkan cinta sebagai dasar membangun relasi sosial dan menjaga lingkungan. Pandangan ini dibutuhkan untuk melawan kerakusan dan keserakahan yang jadi akar dari korupsi,” jelasnya.

Syafi’i berharap momentum Hardiknas tahun ini tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi benar-benar dimanfaatkan untuk mengevaluasi kembali arah pendidikan nasional, khususnya dalam membentuk generasi yang berintegritas dan peduli terhadap kemanusiaan.

WhasApp Channel

Ikuti akun WhatsApp Channel kami untuk mendapatkan update berita pilihan setiap hari.

Berita Terbaru

Berita Terkait