JAKARTA – Ratusan wanita dan anak-anak Palestina turun ke jalan pada Senin (28/4) di Kota Beit Lahia, Gaza utara. Mereka menuntut diakhirinya segera serangan militer dan blokade bantuan yang masih dilancarkan oleh Israel.
Berjalan di antara daerah-daerah yang hancur, para pengunjuk rasa memegang spanduk dalam bahasa Arab yang berbunyi ‘Cukup sudah membuat kami mengungsi dan kehilangan tempat tinggal’, Cukup sudah pembunuhan dan penghancuran’, dan ‘Hentikan pertumpahan darah’. Mereka juga meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan diakhirinya perang Gaza.
“Saya anak perempuan Palestina, dan hati saya dipenuhi dengan cahaya dan kasih. Saya mendambakan perdamaian, bukan perang; saya tidak ingin hidup dikelilingi oleh darah, kematian, dan ketakutan. Saya ingin merasakan kebahagiaan, mendengar tawa anak-anak, membangun rumah alih-alih melihatnya dihancurkan, dan menanam bunga di tempat rumah-rumah yang telah hangus terbakar,” kata pengunjuk rasa, dikutip Holopis.com, Selasa (29/4).
BACA JUGA
- Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Israel Malah Lanjut Perluas Serangan
- Israel Izinkan Bantuan Dikirim ke Gaza, Tapi…
- Pemilik Brand Es Krim Ben & Jerry’s Ingin Lanjutkan Perjuangan Bela Rakyat Palestina
- 500.000 Warga London Turun ke Jalan, Tuntut Gencatan Senjata di Palestina
- Israel Blokade 71 Persen Wilayah Jalur Gaza dan Bikin Warga Makin Sengsara
Kemudian demonstran selanjutnya mengatakan bahwa mereka hidup dalam teror dan terpaksa harus menyakikan anak-anak Palestina meninggal dunia. Para demonstran juga mengingatkan bahwa mereka adalah manusia dan bukan angka statistik.
“Kami hidup dalam ketakutan dan kekurangan, menyaksikan anak-anak kami mati di depan mata kami. Kami menyerukan kepada semua pihak untuk melindungi kami, karena kami bukan sekadar angka statistik, kami adalah manusia yang berhak untuk hidup bermartabat dan dalam damai,” kata mereka.
Sebagai informasi, Israel memblokade masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak 2 Maret lalu. Pada 18 Maret, Israel kemudian mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan dengan Hamas dan kembali melancarkan serangan mematikan dari udara maupun darat di daerah kantong tersebut.
Serangan Israel pascagencatan senjata tersebut sejauh ini telah menewaskan 2.222 warga Palestina dan melukai 5.751 lainnya, demikian disampaikan otoritas kesehatan Gaza pada Senin, seraya menambahkan bahwa jumlah korban tewas di daerah kantong itu sejak perang dimulai pada Oktober 2023 telah bertambah menjadi 52.314 orang, sedangkan korban luka mencapai 117.792 orang.
Pada Jumat (25/4) pekan lalu, Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pihaknya telah kehabisan stok makanan di Gaza karena perlintasan perbatasan masih ditutup.
Kemudian pada Minggu (27/4), Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) mengatakan persediaan tepung di Gaza telah menipis di tengah berlanjutnya blokade Israel. Sementara itu, sekitar 3.000 truk UNRWA yang berisi bantuan penyelamat nyawa masih tertahan di perbatasan.