JAKARTA – Setelah kepergian Paus Fransiskus, perhatian dunia kini tertuju ke Kota Vatikan, tempat bersejarah di mana masa depan Gereja Katolik akan ditentukan. Di bawah langit-langit megah Kapel Sistina yang dihiasi fresco karya Michelangelo, para kardinal dari seluruh penjuru dunia akan berkumpul untuk memilih pemimpin baru umat Katolik sedunia.
Konklaf, proses pemilihan paus, merupakan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad dan tetap mempertahankan banyak unsur kerahasiaan serta simbolisme yang mendalam. Dari pintu-pintu yang dikunci rapat hingga sumpah setia para kardinal untuk menjaga kerahasiaan selama hidup mereka, semua elemen konklaf dirancang untuk memastikan bahwa pilihan yang diambil benar-benar bersifat sakral dan bebas dari pengaruh luar.
Berikut ini Sobat Holopis, fakta-fakta Konklaf yang bisa kamu ketahui.
Tidak ada Topik serupa pekan ini.
Sejarah Konklaf : Sebuah Tradisi Penuh Rahasia
Konklaf, yang berarti ‘dengan kunci’ dalam bahasa Latin, memiliki akar panjang hingga Abad Pertengahan, masa ketika konsep memilih seorang pemimpin masih dianggap hal yang radikal. Sampai sekarang, suasana konklaf masih dipenuhi aura misteri. Semua kardinal yang ikut serta wajib menjaga kerahasiaan proses ini seumur hidup mereka.
Waktu dan Lokasi
Pemilihan dimulai pada tanggal 7 Mei dan akan berlangsung hingga sosok baru yang akan menduduki Takhta Santo Petrus terpilih. Jadwal ini disepakati dalam pertemuan para kardinal yang digelar pada hari Senin sebelumnya. Selain menentukan tanggal, para petinggi gereja ini juga mendiskusikan berbagai kriteria yang harus dimiliki oleh Paus berikutnya serta tantangan-tantangan utama yang dihadapi Gereja, termasuk soal pewartaan iman, hubungan antaragama, dan penanganan isu kekerasan seksual.
Jika pada abad ke-13 dibutuhkan hampir tiga tahun untuk memilih Paus Gregorius X tercatat sebagai konklaf terlama dalam sejarah, kini pemilihan biasanya selesai hanya dalam hitungan hari. Baik Paus Benediktus XVI maupun Paus Fransiskus masing-masing terpilih setelah dua hari pemungutan suara.
Segala aktivitas pemilihan berlangsung di Kapel Sistina, sebuah karya agung era Renaisans di dalam Istana Apostolik, Kota Vatikan.
Siapa yang Berhak Memilih
Dari total 252 kardinal Gereja Katolik saat ini, hanya 135 yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam pemilihan, karena hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara.
Pertemuan hari Senin dihadiri lebih dari 180 kardinal, tetapi yang benar-benar menjadi ‘kardinal elektor’ yaitu yang dapat memilih hanya sedikit lebih dari 100 orang. Menariknya, sekitar 80 persen dari para pemilih ini adalah kardinal yang diangkat oleh Paus Fransiskus sendiri, menandakan perubahan besar dalam representasi global Gereja.
Walaupun peserta berasal dari seluruh dunia, Eropa tetap mendominasi dengan 53 kardinal pemilih. Asia dan Oseania mengirimkan 27 orang, Amerika Selatan dan Tengah 21 orang, Amerika Utara 16 orang, serta Afrika 18 orang.
Dari segi negara, Italia menempati posisi teratas dengan 17 kardinal, disusul Amerika Serikat (10 kardinal), Brasil (7 kardinal), dan Prancis (5 kardinal).