JAKARTA – Misa pemakaman Paus Fransiskus baru saja berakhir. Setelah upacara pemakaman, jenazah Paus Fransiskus pun dibawa ke Gereja Santa Maria Maggiore dengan perjalanan pelan dan bisa disaksikan oleh seluruh warga yang berada di Vatikan. Prosesi ini meninggalkan Kota Vatikan, dan mengikuti rute sejauh 6 km melintasi Sungai Tiber.
Peti pun akan melewati pusat kota Roma menuru Piazza Venezia melewati Colosseum, hingga akhirnya berbelok kea rah utara dan tiba di Santa Maria Maggiore.
Berdasarkan pantauan Holopis.com, sudah ada tiga ribu relawan yang ditempatkan di sepanjang jalan, untuk memberikan petunjuk arah, bantuan medis, serta air untuk para peziarah. Mobil yang digunakan adalah mobil kepausan yang sudah disesuaikan.
BACA JUGA
- Kakak Paus Leo XIV Hampir Pingsan Lihat Adik Jadi Pemimpin Gereja Katolik Dunia
- Terpilih Jadi Paus, Ini Pandangan Politik dari Robert Francis Prevost
- Fakta-fakta Paus Leo XIV yang Mengukir Sejarah Baru di Vatikan
- Video : Momen Paus Baru Muncul di Balkon Santo Petrus, Dunia Sambut “Habemus Papam”
- Pidato Pertama Sebagai Paus ke 267, Ini Profil Robert Francis Prevost Alias Paus Leo XIV
Nantinya Sobat Holopis, pemakaman di gereja tidak dibuka untuk umum. Namun sudah banyak masyarakat yang berkumpul di depan gereja.
Sebagai informasi, hari ini umat Katolik di seluruh dunia menyaksikan secara langsung proses pemakaman Paus Fransiskus di mana pun mereka berada. Dunia hari ini memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus di Misa Pemakaman yang berlokasi di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (26/4).
Hadir pula dalam pemakaman ini para tamu kehormatan dunia dari 150 negara, termasuk Pangeran William, mantan Presiden AS Joe Biden, dll. Hadir pula presiden dari berbagai negara seperti Prancis, Argentina, Jerman, Filipina, Ukraina, dll.
Sementara itu Mantan Presiden Indonesia Joko Widodo menjadi perwakilan Indonesia untuk menghadiri Misa Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.
Dikenal Sebagai Paus Fransiskus yang Penuh Reformasi
Paus Fransiskus dikenal karena gaya kepemimpinan yang kurang formal dibandingkan dengan pendahulunya. Ia memilih tinggal di Domus Sanctae Marthae, sebuah wisma di Vatikan, daripada di apartemen kepausan yang digunakan oleh Paus sebelumnya. Pendekatan ini mencerminkan kesederhanaan dan kerendahan hati yang menjadi ciri khasnya.
Kepausan Fransiskus juga ditandai dengan upayanya untuk membuka dialog dan menciptakan inklusi. Meskipun ia mempertahankan pandangan Gereja tentang penahbisan wanita sebagai imam, ia memulai diskusi tentang kemungkinan diakones dan menjadikan wanita anggota penuh dikasteri di Kuria Roma.
Ia juga berpendapat bahwa Gereja harus lebih terbuka dan menyambut anggota komunitas LGBT, serta mendorong dekriminalisasi homoseksualitas di seluruh dunia.