JAKARTA – Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri mendorong penguatan sistem logistik di Indonesia. Hal ini disampaikan Roro untuk meningkatkan potensi besar pengurungan risiko pada sektor ekspor.
“Salah satu yang krusial dilakukan adalah penguatan sistem logistik agar lebih bersaing dan adaptif,” kata Roro saat menjadi pembicara dalam Round Table DiscussionAsosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) yang diselenggarakan di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Jumat (25/4/2025).
Roro menekankan bahwa saat ini dunia global sedang mengalami situasi yang cukup pelik. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia pun perlu melakukan upaya konkret dalam meningkatkan proteksi yang lebih baik dalam upaya strategi global tersebut.
“Kita tidak bisa menghindari tantangan global seperti arus proteksionisme, tapi Indonesia dapat mengatur arah strategi agar kondisi ini justru dapat menjadikan ekonomi Indonesia kian tangguh,” tuturnya.
Selanjutnya, Roro juga menerangkan bahwa penguatan sistem logistik memiliki peran yang sangat sentra, sehingga proses perluasan ekspor ke pasar nontradisional dapat berjalan lebih efisien.
“Pemerintah menargetkan integrasi sistem e-logistics yang lebih andal, seperti konektivitas data antar-pelabuhan,” tandasnya.
Pun demikian, Wamendag pun menekankan bahwa untuk mengakselerasi semangat besar itu tentu membutuhkan kerja sama yang apik antar instansi pemerintah. Oleh sebab itu, semangat ini akan diteruskan ke seluruh lembaga dan kementerian terkait agar terdapat satu pandangan dan gerak yang sama.
“Untuk mewujudkannya dibutuhkan kolaborasi antara instansi pemerintah terkait, badan usaha pelabuhan, dan pelaku industri logistik. Forwardernasional juga harus dibekali dengan infrastruktur digital yang mumpuni agar mampu bersaing secara global,” terang Roro.
Saat ini kata Roro, Indonesia telah memiliki 21 perjanjian dagang dengan negara mitra dan terdapat 16 perjanjian yang sedang dalam proses negosiasi. Beberapa di antaranya adalah dengan Kanada, Iran, Peru, dan Uni Eropa.
Bahkan saat ini pula, Indonesia sedang dalam proses aksesi ke Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Kemudian dengan Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Etiopia, Indonesia, Iran, dan Arab Saudi (BRICS+). Kesemua forum tersebut sama-sama memiliki pangsa pasar cukup besar di sektor global.
Untuk itulah, Roro menekankan bahwa selanjutnya yang perlu dilakukan oleh Indoensia adalah bagaimana mewujudkan transformasi digital dalam sistem logistik nasional nanti.
“Indonesia akan mendorong kerja sama teknis dan harmonisasi standar logistik dengan negara mitra, sebagai bagian dari agenda diplomasi perdagangan aktif,” pungkasnya.