JAKARTA – Setiap tahunnya, tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia, sebuah perayaan global yang ditetapkan oleh UNESCO untuk mengangkat pentingnya membaca, penerbitan, dan perlindungan hak cipta.
Dikenal pula sebagai Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia atau Hari Buku Internasional, momentum ini menjadi pengingat akan kekuatan buku dalam memperluas wawasan, menyalakan imajinasi, dan memperkuat budaya literasi di seluruh dunia.
Asal-usul dan Latar Belakang
Sejarah Hari Buku Sedunia bermula dari sebuah tradisi lokal di Catalonia, Spanyol. Pada tahun 1923, sebuah toko buku di wilayah tersebut mulai mengaitkan tanggal 23 April dengan peringatan terhadap penulis legendaris Spanyol, Miguel de Cervantes, yang wafat pada tanggal tersebut. Gagasan ini pertama kali dicetuskan oleh penulis asal Valencia, Vicente Clavel Andrés, sebagai bentuk penghormatan atas warisan sastra Cervantes.
BACA JUGA
- HUT ke-45 Perpusnas, 17 Mei 2025 : Ini Tema hingga Sejarah Singkatnya
- Sejarah Hari Komunikasi Internasional, Momentum Penting Dunia Informasi Global
- Hari Hipertensi Sedunia, Pentingnya Paham Tekanan Darah Sendiri
- Hari Perawat Internasional : Peran, Sejarah, dan Tema 2025
- Hari Raya Waisak, Momentum Spiritualitas Umat Buddha Dunia
Seiring waktu, ide ini menyebar dan mendapatkan perhatian internasional. Hingga akhirnya, pada tahun 1995, UNESCO secara resmi menetapkan 23 April sebagai Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia. Tanggal ini dipilih bukan hanya karena merupakan hari wafatnya Cervantes, tetapi juga bertepatan dengan kematian William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega dua tokoh sastra penting dunia. Uniknya, tanggal ini juga bertepatan dengan hari lahir atau kematian beberapa penulis besar lainnya, menjadikannya simbolis dalam dunia literasi global.
Perayaan Global dengan Nuansa Lokal
Meskipun secara internasional diperingati setiap 23 April, perayaan ini bisa berbeda-beda di tiap negara. Di Inggris, misalnya, Hari Buku dirayakan setiap hari Kamis pertama di bulan Maret. Perbedaan ini dibuat agar tidak bertabrakan dengan jadwal ujian sekolah dan agar lebih memungkinkan untuk diikuti oleh anak-anak sekolah.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka Hari Buku Sedunia pun sangat beragam, mulai dari pameran buku, diskusi penulis, hingga pembagian buku gratis untuk anak-anak. Banyak sekolah, perpustakaan, dan toko buku yang turut serta dalam menyemarakkan hari ini dengan kampanye literasi dan promosi budaya membaca.
Sobat Holopis, Hari Buku Sedunia bukan sekadar penghormatan terhadap penulis-penulis besar dunia, tetapi juga momen penting untuk mengingatkan kita akan nilai membaca dalam kehidupan sehari-hari. Buku adalah jendela dunia, dan lewat Hari Buku Sedunia, UNESCO mendorong masyarakat global untuk terus membuka jendela itu melihat lebih jauh, berpikir lebih dalam, dan memahami dunia dengan lebih luas.