JAKARTA – PDIP menyindir ulah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang belakangan ini memberikan keterangan melalui video yang diunggah melalui akun Youtube pribadinya.
Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus pun berharap agar Gibran bisa lebih menunjukan kinerjanya ketimbang menonjolkan video yang sekadar berisi omongan tak bermutu.
“Ya kalau menurut saya sih jangan terlalu banyak bikin video lah ya. Kerja aja gitu loh,” kata Deddy dalam keterangannya pada Senin (21/4).
BACA JUGA
- Dari Tebu Jadi Bioetanol, Gibran Dorong Hilirisasi Pertanian Demi Energi Bersih
- Gerakan Indonesia Menanam, Gibran Ajak Warga Turun Tangan Jaga Ketahanan Pangan
- Gibran Siap Perangi Mafia Pangan
- Jangan Cuma Ngonten, Gibran Ajak Anak Muda Ikut Jawab Tantangan Pangan!
- Habib Syakur Nilai Polemik Ijazah Palsu Jokowi Ada di Kantong PDIP
Deddy bahkan berharap agar Gibran jangan sampai kebanyakan mencontoh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Namun, Deddy enggan menjelaskan lebih lanjut kekurangan dari Dedi Mulyadi.
“Video terus, nggak habis-habis. Nanti sama kayak Pak Dedi Mulyadi lagi,” ujarnya.
Sebelumnya diketahui, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyoroti pentingnya bonus demografi sebagai peluang emas yang hanya terjadi satu kali dalam sejarah peradaban bangsa.
Dalam video bertajuk “Giliran Kita”, Gibran menyampaikan bahwa saat ini Indonesia sedang berada di momen yang sangat menentukan di tengah berbagai tantangan global.
“Saat ini, Indonesia berada dalam momen yang sangat menentukan. Berada di tengah beragamnya tantangan global, baik itu ekonomi, perang dagang, geopolitik, maupun perubahan iklim yang membawa perubahan di berbagai sektor,” ujar Gibran dalam pernyataannya, seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (19/4).
Namun, menurut Gibran, tantangan tersebut seharusnya tidak menghalangi langkah bangsa untuk terus tumbuh dan adaptif. Justru, ia menegaskan bahwa peluang Indonesia jauh lebih besar jika mampu mengelola kondisi dengan baik, terutama dengan memanfaatkan momentum bonus demografi.
“Ya, Indonesia akan mendapatkan puncak Bonus Demografi di tahun 2030 sampai tahun 2045. Sebuah kondisi yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa,” jelasnya.