JAKARTA – Serangan udara yang dilakukan militer Amerika Serikat di pelabuhan bahan bakar Yaman, Ras Isa menimbulkan puluhan korban jiwa dan luka-luka.
Dari laporan otoritas kesehatan yang dikelola Houthi mengungkapkan, serangan yang berlangsung pada Kamis (17/4) itu menyebabkan 74 orang tewas dengan 171 lainnya luka-luka.
“Para korban termasuk para pekerja dan karyawan pelabuhan, yang menjadi sasaran serangan udara brutal AS ketika sedang bertugas,” isi laporan Houthi dilansir dari Xinhua seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (19/4).
BACA JUGA
- Kadin Yakin RI Bisa Jadi Juru Kunci Perdamaian Dagang AS-China
- Warga Palestina Kecewa dengan Pidato Trump yang Dinilai Tak Berperikemanusiaan
- Nasaruddin Umar Terima Gelar Doctor of Divinity dari Hartford International University
- Donald Trump Setuju Punya Kesepakatan dengan Iran, Asal….
- Donald Trump Perintahkan Seluruh Perusahaan Obat Beri Harga Murah Untuk Warga Amerika
Kendati demikian, sampai dengan saat ini tim penyelamat masih terus berupaya mencari korban dan mengidentifikasi orang-orang yang sempat dilaporkan hilang pasca kejadian.
Paramedis juga diketahui termasuk di antara para korban serangan udara Amerika Serikat tersebut. Mereka tewas saat tiba dengan ambulans di tempat kejadian, dalam gelombang kedua serangan udara AS di pelabuhan tersebut pada malam hari, tak lama setelah serangan pertama.
Tercatat setidaknya ada lebih dari 14 serangan udara yang terjadi dalam dua gelombang hingga menghancurkan tangki-tangki beton yang menyimpan bahan bakar impor dan memicu kebakaran besar. Kebakaran tersebut berhasil dipadamkan dalam beberapa jam.
Pelabuhan itu terletak di sebelah barat laut Hodeidah, sebuah kota di Laut Merah di Yaman. Dimana lokasi itu telah menjadi jalur utama untuk impor bahan bakar ke daerah-daerah yang diduduki kelompok Houthi. Kelompok tersebut telah menguasai wilayah yang luas di Yaman utara sejak memulai perang saudara melawan pemerintah pada akhir 2014.
Sebelumnya, Komando Pusat AS (USCENTCOM) dalam sebuah pernyataan mengonfirmasi bahwa mereka menyerang dan menghancurkan Ras Isa.
Serangan itu disebut untuk melenyapkan sumber bahan bakar dan menurunkan sumber kekuatan ekonomi dari Houthi.
Namun, Houthi mengklaim justru mereka terus menerima keuntungan secara ekonomi dan militer.
Dukungan itu berasal dari negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang memberikan dukungan material kepada sebuah organisasi yang masuk dalam daftar teroris asing,” ujar USCENTCOM di platform media sosial X.
AS kembali menetapkan kelompok Houthi sebagai organisasi teroris setelah Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada Januari.
USCENTCOM menuduh Houthi memanfaatkan bahan bakar untuk menopang operasi militer mereka, sebagai senjata kontrol, dan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dengan menggelapkan profit dari impor tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat, Houthi mengatakan serangan AS itu bertujuan mendukung Israel dalam kejahatannya terhadap rakyat Palestina, dan bersumpah akan melanjutkan operasi dukungan mereka untuk Palestina. Sementara itu, kelompok tersebut juga mengeklaim berhasil mencegah semua pelayaran Israel di Laut Merah.
Mereka juga meyakinkan warga di Yaman utara bahwa pasokan minyak stabil, sembari memperingatkan kejahatan AS tidak akan luput dari hukuman yang menyakitkan.