JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan kabar baik terkait proses negosiasi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS), yang mengguncang hampir seluruh negara mitra dagang AS.
Disampaikannya, bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang lebih awal diterima oleh Amerika Serikat untuk bernegosiasi terkait kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump tersebut.
Hal itu diketahui Airlangga dari hasil pembicaraannya dengan Secretary of Commerce Mr. Lutnick secara virtual pada Senin (14/4) lalu.
BACA JUGA
- Donald Trump Perintahkan Seluruh Perusahaan Obat Beri Harga Murah Untuk Warga Amerika
- Perdagangan Global Kembali Bergairah Usai AS-China Sepakat Pangkas Tarif Impor
- AS-China Sepakat Akhiri Perang Dagang untuk Sementara
- Amerika dan China Akhirnya Diskusi Soal Perang Ekonomi, Bagaimana Hasilnya?
- Iran Tolak Permintaan AS untuk Bongkar Fasilitas Nuklir
“Dari hasil pembicaraan, Indonesia ini adalah salah satu negara yang diterima lebih awal,” kata Airlangga dari Washington DC, AS, melalui platform virtual Zoom, yang dikutip Holopis.com, Kamis (18/4).
Selain Indonesia, ada pula negara lain yang telah melakukan pembicaraan serupa dengan AS, antara lain Vietnam, Jepang, dan Italia.
Adapun saat ini, delegasi Indonesia telah berada di Washington DC untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat AS terkait, seperti dari United States Trade Representative (USTR).
Pertemuan itu guna membahas lebih lanjut mengenai opsi-opsi kerja sama bilateral, khususnya terkait perdagangan yang lebih adil dan berimbang. “Kita berharap situasi dari perdagangan yg kita kembangkan bersifat adil dan berimbang,” tuturnya.
Indonesia, kata Airlangga, ingin agar tarif impor produk unggulan ekspor ke AS bisa mendapatkan tarif yang kompetitif. Sebagai bagian negosiasi tersebut, Indonesia pun memberikan beberapa usulan.
Pertama mengupayakan penyeimbangan neraca dagang dengan AS, Indonesia siap memangkas surplus dengan AS dengan menambah volume impor barang dari AS. Komoditas yang ditawarkan untuk diimpor dari AS ke Indonesia adalah minyak dan gas hingga produk agrikultur macam gandum dan kedelai.
“Pertama Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari AS, antara lain LPG, crude oil dan gasoline. Indonesia juga beli produk agrikultur dari AS antara lain gandum, soya bean, dan soya bean milk. Indonesia juga akan meningkatkan pembelian barang modal dari AS,” beber Airlangga.
Selain itu, Airlangga juga mengatakan Indonesia akan memfasilitasi perusahaan AS untuk yang selama ini beroperasi di dalam negeri untuk berbisnis dengan aman dan nyaman. Beberapa hal terkait kemudahan perizinan dan insentif akan diberikan untuk perusahaan AS.
Indonesia juga menawarkan produk mineral kritis kepada AS dan mempermudah regulasi impor termasuk produk holtikultura dari AS. Investasi antara kedua negara juga akan didorong dalam skema business to business (B to B).
“Indonesia juga dorong pentingnya perkuatan kerja sama di sektor pengembangan SDM, antara lain untuk sektor pendidikan, science, engineering, matematika dan ekonomi digital, dan kami juga angkat financial services yang cenderung menguntungkan Amerika Serikat,” jelas Airlangga.