HolopisKesehatan"Autisme Virtual" Akibat Gawai Berlebihan pada Balita, Dokter Anak Ungkap Fakta Mencengangkan

“Autisme Virtual” Akibat Gawai Berlebihan pada Balita, Dokter Anak Ungkap Fakta Mencengangkan

JAKARTA – Dokter spesialis anak subspesialis neurologi, dr. Amanda Soebadi, Sp.A (K), M.Med, mengungkapkan fenomena “autisme virtual” yang kini semakin sering terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun akibat penggunaan gawai secara berlebihan.

Dalam sebuah webinar yang dilakukan secara daring pada Selasa (16/4), Amanda menjelaskan bahwa autisme virtual adalah kondisi di mana anak menunjukkan gejala yang menyerupai autisme, seperti kurangnya kontak mata, ekspresi wajah datar, hingga tidak merespons saat dipanggil.

“Ini istilah yang betul-betul ada di literatur medis. Pola perilakunya memang mirip autisme, tapi bukan autisme yang sesungguhnya,” ujarnya seperti dikutip Holopis.com.

Tidak ada Topik serupa pekan ini.

Amanda menyebutkan bahwa gejala ini bukan disebabkan oleh gangguan neurologis seperti autisme sejati, melainkan dampak kurangnya stimulasi sosial dan komunikasi akibat paparan layar yang berlebihan.

Namun kabar baiknya, gejala autisme virtual bisa membaik dengan cukup cepat bila penggunaan gawai dikurangi atau dihentikan.

“Dia bisa menunjukkan perilaku autisme kalau misalnya dipanggil tidak merespon, kontak matanya kurang, ekspresi wajah kurang atau tidak sesuai. Itu karena kurang atau salah stimulasi,” jelas Amanda.

Apa Bedanya dengan Autisme Sebenarnya?

Autisme Virtual
Ilustrasi anak-anak sedang bermain gadget. [Foto : Istimewa]
Amanda menekankan bahwa anak dengan autisme sejati memiliki kecenderungan bawaan atau genetik, dan walaupun gejalanya bisa diperbaiki dengan terapi, sifat autistik tidak akan hilang sepenuhnya.

Anak dengan autisme sering tertarik pada pola repetitif, termasuk dalam bermain gawai.

“Perilaku autistik masih akan tetap ada walau gawai itu sebagai faktor lingkungan bukan sebagai modifier (pengubah). Bisa saja anak dengan autisme ini mungkin perilaku ada perbaikan sedikit, tapi, sifat autistik masih akan tetap ada,” ujar Amanda.

Faktor genetik juga memainkan peran besar. Risiko autisme meningkat hingga sembilan kali lipat jika ada saudara kandung yang juga mengidap gangguan spektrum autisme (GSA).

Amanda menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai di usia emas tumbuh kembang anak, terutama antara usia 1 hingga 3 tahun.

 

WhasApp Channel

Ikuti akun WhatsApp Channel kami untuk mendapatkan update berita pilihan setiap hari.

Berita Terbaru

Berita Terkait