JAKARTA – Ketua Umum PSSI Erick Thohir memaklumi kekalahan yang dialami Timnas U-17 Indonesia di perempat final Piala Asia U-17 2025. Menurutnya, memang babak perempat final sangat berat untuk dilalui.
Seperti yang telah diketahui bersama, Timnas U-17 Indonesia gagal melangkah ke babak semifinal, usai kandas disikat Korea Utara di babak perempat final, Senin (15/4) malam WIB.
Dalam pertandingannya di King Abdullah Sports City Hall Stadium, Jeddah, Senin (14/4) malam WIB, Timnas U-17 Indonesia dilibas habis dengan skor telak 6-0 tanpa balas.
BACA JUGA
- Timnas Indonesia Disanksi FIFA, Jumlah Penonton Kontra China pun Dikurangi!
- Gawat! Dua Pilar Timnas Indonesia Absen Lawan China, Dua Bintang Lagi Masih Berkutat dengan Cedera
- Lawan Timnas China dan Timnas Jepang, Timnas Indonesia Minus Pemain Naturalisasi Baru
- Timnas Indonesia Bakal TC di Bali 26 Mei Jelang Lanjutan Babak 3 Kualifikasi Piala Dunia
- Garuda Academy Resmi Dibuka, Erick Thohir Siapkan Leadership Baru Lanjutkan Transformasi Sepakbola Indonesia
Setengah lusin gol Korea Utara itu dicetak oleh Chow Song-hun, Kim Yu-Jin, Ri Kyong-Bong, Kim Tae-guk, Ri Kang-Rim dan Pak Ju-Won.
Kemenangan itu membuat Indonesia gugur dan membawa Korea Utara lolos ke semifinal. Di fase tersebut, Korea Utara akan menghadapi Uzbekistan di babak semifinal.
Di sisi lain selain Uzbekistan, kejutan juga terjadi di bagan lain, dimana Jepang harus angkat koper dari kejuaraan usai disikat Arab Saudi melalui adu penalti, kedua tim bermain imbang 2-2 dalam waktu penuh.
Sementara Korea Selatan yang sebelumnya lolos dengan status runner-up Grup C, berhasil melangkah ke semifinal setelah mengalahkan Tajikistan melalui adu penalti, dimana skor 2-2 terukir dalam waktu penuh.
Menilik hasil-hasil tersebut, Erick Thohir kemudian memaklumkan bahwa memang babak perempat final sungguh lah berat untuk dilalui.
“Harus diakui babak delapan besar memang berat. Lihat bagaimana Jepang dikalahkan Arab Saudi melali adu penalti,” ungkap Erick Thohir, sebagaimana informasi yang diterima Holopis.com.
“Lalu kemunculan kekuatan baru, seperti Uzbekistan yang konsisten permainannya, baik yunior dan senior serta bisa mengalahkan kekuatan Asia lainnya,” sambungnya.
“Model pembinaan berkelanjutan seperti itulah yang harus kita temukan agar bisa seperti Jepang, Korsel, dan kini Uzbekistan,” imbuhnya.