JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, gaya hidup frugal living dan minimalisme semakin diminati, khususnya di kalangan generasi muda yang mulai menyadari pentingnya pengelolaan keuangan dan kesehatan mental.
Sekilas, keduanya tampak serupa karena sama-sama mendorong pola hidup sederhana dan menjauhi perilaku konsumtif. Namun, bila ditelaah lebih jauh, terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya.
Perbedaan Frugal Living dan Minimalis
Meski frugal living dan minimalisme memiliki kesamaan dalam hal hidup hemat dan bijak, perbedaan utama terletak pada motivasi serta fokus masing-masing.
Tidak ada Topik serupa pekan ini.
Frugal living lebih menitikberatkan pada efisiensi dalam pengelolaan keuangan, sementara minimalisme menekankan pada penyederhanaan hidup untuk menciptakan ruang, ketenangan, dan makna. Berikut penjelasan lengkap mengenai keduanya:
Frugal Living
Frugal living merupakan gaya hidup yang berfokus pada pengeluaran yang hemat dan efisien. Tujuan utamanya adalah memaksimalkan setiap nilai dari uang yang dibelanjakan.
Individu yang menerapkan frugal living biasanya sangat selektif dalam membeli barang atau menggunakan layanan, serta selalu mempertimbangkan manfaat jangka panjang dari suatu pengeluaran.
Contohnya, mereka mungkin lebih memilih untuk memasak sendiri daripada makan di luar, mencari diskon saat berbelanja, atau membeli barang bekas yang masih layak pakai daripada membeli yang baru.
Prinsip dasarnya adalah hemat bukan berarti pelit, melainkan cerdas dalam menggunakan uang agar dapat dialokasikan untuk hal-hal yang lebih penting seperti tabungan, investasi, atau dana darurat.
Minimalis
Di sisi lain, gaya hidup minimalis menekankan pada kesederhanaan serta pengurangan terhadap hal-hal yang tidak diperlukan, baik secara fisik maupun emosional.
Tujuan utama gaya hidup ini bukan sekadar menghemat uang, melainkan mencapai kebebasan dan ketenangan batin dengan hanya memiliki barang-barang yang benar-benar dibutuhkan atau memberikan kebahagiaan.
Dalam praktiknya, seorang minimalis mungkin hanya memiliki sedikit pakaian, menghindari dekorasi rumah yang berlebihan, hingga membatasi keterlibatan dalam berbagai aktivitas sosial.
Prinsip utama yang dianut adalah “less is more”, yaitu semakin sedikit yang dimiliki, semakin ringan beban hidup yang dirasakan.
Dari sisi pengambilan keputusan belanja, seorang yang menjalani frugal living masih mungkin membeli banyak barang selama harganya terjangkau dan manfaatnya jelas.
Sebaliknya, seseorang yang menerapkan gaya hidup minimalis tidak akan membeli barang tersebut jika tidak benar-benar diperlukan, meskipun sedang dalam kondisi diskon besar-besaran.
Dengan kata lain, frugal living lebih fleksibel dalam hal jumlah barang yang dimiliki, asalkan tetap hemat dan efisien. Sementara minimalisme lebih menekankan kualitas serta makna dari setiap benda, bahkan jika itu berarti harus mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk barang yang tahan lama dan multifungsi.