HolopisEkobizKebijakan Tarif Trump Jadi Peluang ASEAN Perkuat Kemandirian Ekonomi Regional

Kebijakan Tarif Trump Jadi Peluang ASEAN Perkuat Kemandirian Ekonomi Regional

JAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Arif Havas Oegroseno menyatakan bahwa penerapan tarif timbal balik (resiprokal) oleh Amerika Serikat (AS) dapat menjadi kesempatan penting bagi ASEAN untuk memperkuat kemandirian ekonomi regional.

“Ini adalah momentum yang sangat baik bagi ASEAN untuk menciptakan kemandirian regional yang strategis dalam bidang ekonomi,” ujar Havas dalam acara ‘Public Forum: Regional Response to Trump 2.0’, seperti dikutip Holopis.com, Kamis (9/4).

Havas menjelaskan, kontribusi AS dalam perdagangan global berada pada kisaran 14-15,5 persen. Berdasarkan angka tersebut, ia menekankan bahwa masih ada potensi 80 persen aktivitas perdagangan global yang dapat dieksplorasi di luar AS.

Selain itu, Havas mengungkapkan nilai perdagangan global AS yang diperkirakan mencapai sekitar 400 miliar dolar AS, atau sekitar Rp6.811 triliun (dengan asumsi kurs Rp17.027,72).

“Menariknya, perdagangan antar-ASEAN pada 2024 itu mencapai 759 miliar dolar AS (Rp12.924 triliun),” lanjutnya.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa perdagangan antar-negara ASEAN berjalan dengan sangat baik, bahkan melampaui kontribusi AS dalam perdagangan global.

Sehubungan dengan hal itu, Havas menilai penting bagi ASEAN untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat kemandirian ekonomi regional.

“Mungkin, kami perlu meninjau kembali atau setidaknya mengevaluasi perjanjian perdagangan bebas ASEAN,” tambahnya.

Havas juga menyoroti bahwa ASEAN perlu belajar dari Uni Eropa dalam menghilangkan hambatan perdagangan antarnegara anggotanya. Walaupun pasar internal Uni Eropa jauh lebih maju dibandingkan ASEAN, ia menyarankan agar ASEAN memiliki mekanisme perdagangan yang serupa.

Ia juga menekankan pentingnya memperlancar pergerakan orang, barang, dan jasa di dalam kawasan ASEAN. “Ini (memperkuat independensi regional) sangat memungkinkan. Saya meyakini dalam ASEAN sendiri, kita harus melihat peluang-peluang itu dan menemukan jalan untuk memperdalam ini,” ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia pada Rabu (2/4) lalu.

Indonesia dikenakan tarif sebesar 32 persen, sementara negara ASEAN lainnya mendapat tarif berbeda, seperti Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Malaysia 24 persen, Kamboja 49 persen, Thailand 36 persen, dan Vietnam 46 persen.

Namun pada Rabu (9/4), Trump mengumumkan penundaan selama 90 hari atas penerapan tarif resiprokal tersebut bagi negara mitra dagang, meskipun bea masuk untuk China tetap dinaikkan menjadi 125 persen.

Negara yang sebelumnya dijadwalkan dikenakan tarif lebih tinggi, kini hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen, termasuk untuk produk baja, aluminium, dan mobil.

WhasApp Channel

Ikuti akun WhatsApp Channel kami untuk mendapatkan update berita pilihan setiap hari.

Berita Terbaru

Berita Terkait