JAKARTA – Pasar saham kembali bergairah, yang ditandai dengan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (10/4).
Meski IHSG dibuka rebound dengan penguatan signifikan ke level 6.270,61. Namun, pergerakannya tetap harus diwaspadai oleh para investor pasar modal.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani mengatakan, faktor utama yang memengaruhi anjloknya IHSG setelah libur panjang adalah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
BACA JUGA
- IHSG Naik Tipis Sepekan, Sinyal Pemulihan atau Sekadar Rebound Teknis?
- Debut Perdana DKHH di BEI, Sektor Kesehatan Tambah Amunisi Baru
- BEI dan Mandiri Group Luncurkan Program Literasi Keuangan, Targetkan 1 Juta Investor Baru
- Pasar Saham Rebound di Tengah Gonjang-ganjing Ekonomi Global Sepekan Terakhir
- GOTO Siap Gelontorkan Rp3,3 Triliun untuk Buyback Saham
Pasar saham terguncang setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru ke hampir semua negara hingga 49 persen. Hal tersebut termasuk Indonesia yang terkena tarif sebesar 32 persen.
“Hari ini IHSG bergerak di zona hijau dengan dibuka pada level 6.270 dan konsisten berada di level tersebut,” ujarnya dalam riset hariannya, seperti dikutip Holopis.com, Kamis (10/4).
Terkait dengan kondisi pasar yang sedang bergejolak, Dimas menegaskan, penurunan IHSG yang mencapai level terendah baru mencerminkan proyeksi kondisi ekonomi Indonesia dalam beberapa bulan mendatang.
“Sebagai indikator awal perekonomian atau leading indicator, IHSG memberikan sinyal penting mengenai arah perekonomian Indonesia ke depan,” ujarnya.
“Oleh karena itu, pergerakan IHSG harus diperhatikan dengan seksama oleh para investor,” imbuh Dimas.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memberikan keringanan kepada hampir seluruh negara yang terkena tarif timbal balik (reciprocal tariff) yang tinggi dari AS, berupa penundaan penerapan tarif selama 90 hari.
Penundaan tersebut juga berlaku bagi Indonesia yang terkena tarif sebesar 32 persen. Namun bagi Tiongkok, penerapan tarif timbal balik tinggi tetap diberlakukan, yang bahkan dinaikkan menjadi 125 persen.
Hal itu dilakukan Trump, setelah Tiongkok mengumumkan tarif pembalasan tambahan terhadap Amerika Serikat pada Rabu (9/4) pagi. Balasan berupa kenaikan tarif barang-barang asal Amerika Serikat dari 34 persen menjadi 84 persen itu mulai berlaku pada hari ini, Kamis (10/4).
“Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan Tiongkok kepada pasar dunia, dengan ini saya menaikkan tarif yang dibebankan ke Tiongkok oleh Amerika Serikat menjadi 125 persen, berlaku segera,” kata Trump dalam unggahan media sosialnya, dikutip, Kamis (10/4).
Selain menunda penerapan tarif, Trump juga menyederhanakan besarannya. Tarif timbal balik untuk semua negara (kecuali China) kini ditetapkan sebesar 10 persen.
Namun, pengecualian berlaku untuk Meksiko dan Kanada. Kedua negara ini tetap dikenai tarif 25 persen untuk hampir semua barang, kecuali jika mereka bersedia mengikuti ketentuan dalam Perjanjian AS-Meksiko-Kanada.
Meski banyak negara mendapat penundaan, Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif tinggi tetap akan berjalan. Ia menyebut, penundaan ini diberikan karena banyak negara menunjukkan niat baik untuk bernegosiasi dengan AS.
“Belum ada yang berakhir, tetapi kami memiliki semangat yang luar biasa dari negara-negara lain, termasuk China. China ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya,” jelas Trump.