JAKARTA – Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menjelaskan tujuan kedatangan Presiden Prabowo Subianto ke kediaman Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu.
Ahmad Muzani menyebut bahwa sikap yang dilakukan Presiden Prabowo tersebut adalah bagian dari tata krama seorang pemimpin negara.
“Pertimbangan khususnya nggak ada, karena presiden, Ibu Mega kan senior ya, usia lebih, presiden lebih mendahului, jadi saya kira itu tata krama,” kata Ahmad Muzani dalam keterangannya pada Rabu (9/4).
BACA JUGA
- Ini Sejumlah Poin Kesepakatan Presiden Prabowo dengan PM Australia
- Prabowo Subianto dan Anthony Albanese Sepakat Perkuat Kemitraan Strategis 2025-2029
- Prabowo Ajak PM Australia Liburan di Hambalang : “Saya Akan Ajak Naik Kuda”
- Meriam, Lagu Kebangsaan, dan Ribuan Pelajar Warnai Kunjungan PM Australia ke Jakarta
- Dari Pertahanan hingga Energi Bersih: Ini Hasil Pertemuan Indonesia–Australia
Muzani mengungkapkan saat itu pihaknya bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan. Disebutkan, sebelum pertemuan terjadi, Prabowo sudah mengirimkan parsel berisi sayur mayur organik untuk Megawati.
“Sayur-mayur adalah sayur-mayur dikirim oleh Pak Presiden Prabowo kepada Ibu Mega adalah sayur-mayur organik. Semua buatan dan produksi para petani sayur-mayur kita,” jelasnya.
Muzani juga menilai pertemuan Prabowo dan Megawati menjadi upaya memperkuat persatuan. Ia menilai sikap kedua tokoh bangsa ini patut ditiru.
“Karena itu, diharapkan ini bisa menjadi bagian dari upaya yang menguatkan persatuan, kebersamaan, kerukunan, dan kegotongroyongan di antara kita,” ujarnya.
“Apalagi kita menghadapi masa-masa depan yang juga tidak gampang, terutama di bidang perekonomian, maka para pemimpin harus bergandengan tangan, bersilaturahmi, dan itu adalah contoh yang baik yang dilakukan oleh bangsa,” tambahnya.
Muzani menyatakan pertemuan kedua tokoh ini tepat dilakukan di tengah situasi global yang tak menentu. Muzani menyebut Prabowo dan Megawati sepakat gotong royong untuk bangsa.
“Itu tadi kemudian kita dipersatukan kembali dalam satu kerukunan, dalam satu kebersamaan, karena ada kebersamaan, persatuan, kegotong-royongan di antara para pemimpin, di antara rakyat dan pemimpin, dan ada kepercayaan satu sama lain,” tukasnya.
“Itu yang kemudian menjadi kesepakatan di antara kedua beliau setelah berbicara panjang lebar,” imbuhnya.