JAKARTA – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dijadwalkan bertolak ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada Minggu malam (6/4) dalam kunjungan singkat bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Selain bersilaturahmi dalam momen Idulfitri 1446 Hijriah, keduanya juga diperkirakan akan membahas isu strategis yang sedang memanas: tarif impor dari Amerika Serikat di bawah kebijakan baru Presiden Donald Trump.
Menurut Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, kunjungan ini merupakan bentuk penghormatan Presiden Prabowo kepada PM Anwar yang dikenal sebagai pemimpin senior dan sahabat lama.
BACA JUGA
- Prabowo Ajak Negara Islam Setop Diskusi, Saatnya Bergerak Bebaskan Palestina
- Prabowo Ajak Parlemen Negara Islam Bersatu Hadapi Tantangan Global
- Presiden Prabowo Bangga Pertemanannya dengan Sultan Brunei Berlangsung Awet
- Presiden Prabowo dan Sultan Bolkiah Sepakat Perkuat Kerja Sama Strategis
- Presiden Prabowo Berharap Kepemimpinan Paus Leo Jadi Jembatan Menuju Perdamaian
“Pak Presiden Prabowo sangat menghormati PM Anwar sebagai seorang pemimpin senior di ASEAN. Beliau adalah sahabat lama Pak Presiden,” ujar Teddy saat dilempar pertanyaan oleh Wartawan.
Setelah pertemuan tersebut, Prabowo dijadwalkan kembali ke Jakarta di malam yang sama.
Meskipun kunjungan ini dikemas dalam semangat silaturahmi Lebaran, isu tarif resiprokal AS nyaris tak terelakkan dalam pembicaraan bilateral.
Presiden Prabowo dan PM Anwar sebelumnya sudah terlibat dalam diskusi via telepon dengan sejumlah pemimpin ASEAN seperti Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, dan PM Singapura Lawrence Wong untuk merumuskan respons bersama terhadap kebijakan perdagangan agresif AS.
PM Anwar menyatakan bahwa pembicaraan lintas pemimpin ASEAN ini adalah langkah awal menuju koordinasi ekonomi kawasan.
“Kami berbagi pandangan mengenai kebijakan tarif Trump dan akan terus mengoordinasikan respons bersama,” tulis Anwar melalui akun resmi media sosialnya.
Kebijakan tarif baru Presiden AS Donald Trump diumumkan pada 2 April 2025, dengan pengenaan tarif 10 persen secara umum, dan tambahan tarif khusus untuk negara-negara tertentu, termasuk Indonesia.
Indonesia dijatuhi tarif sebesar 32%, salah satu yang tertinggi di kawasan. Berikut daftar tarif resiprokal dari AS terhadap negara-negara ASEAN:
- Indonesia: 32%
- Malaysia: 24%
- Filipina: 17%
- Singapura: 10%
- Thailand: 36%
- Vietnam: 46%
- Kamboja: 49%
Sebagai tindak lanjut, para menteri ekonomi ASEAN dijadwalkan menggelar pertemuan minggu depan guna membahas respons konkret terhadap kebijakan AS tersebut, serta menjajaki langkah kolektif sebagai blok ekonomi regional.