JAKARTA – Pemerintah China mendesak Amerika Serikat untuk melakukan perubahan terkait penerapan tarif baru ke berbagai negara.
Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Guo Jiakun menganggap, kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump keliru.
“Pihak China dengan tegas menentang hal ini dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk secara tegas melindungi hak-hak maupun kepentingannya yang sah,” kata Guo Jiakun dalam keterangannya pada Kamis (3/4).
BACA JUGA
- Donald Trump Perintahkan Seluruh Perusahaan Obat Beri Harga Murah Untuk Warga Amerika
- Pengamat Sebut Hubungan China dan Rusia Makin Baik, Apa Dampaknya?
- Perdagangan Global Kembali Bergairah Usai AS-China Sepakat Pangkas Tarif Impor
- AS-China Sepakat Akhiri Perang Dagang untuk Sementara
- Amerika dan China Akhirnya Diskusi Soal Perang Ekonomi, Bagaimana Hasilnya?
Guo juga mengingatkan pemerintah Amerika Serikat bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang dagang atau tarif. Pasalnya, proteksionisme dianggap tidak pernah menawarkan solusi.
Guo juga menyebut, AS telah memberlakukan tarif tambahan untuk barang-barang ekspor dari China dan negara-negara lain, yang secara serius melanggar peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) dan sangat merusak sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan.
Sebelumnya diberitakan, dalam pengumuman pada Rabu (2/4), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menetapkan tarif sedikitnya 10 persen untuk berbagai negara di seluruh dunia. Namun, Indonesia terkena dampak lebih besar dengan kenaikan tarif hingga 32 persen.
Menurut unggahan resmi Gedung Putih, Indonesia menempati urutan ke delapan dalam daftar negara yang terkena kenaikan tarif tertinggi.
Secara keseluruhan, sekitar 60 negara akan dikenai tarif timbal balik, dengan besaran setengah dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS.
Indonesia bukan satu-satunya negara Asia Tenggara yang terkena dampak. Malaysia dikenai tarif 24 persen, Kamboja 49 persen, Vietnam 46 persen, dan Thailand 36 persen.
Langkah agresif ini diumumkan dalam acara bertajuk “Make America Wealthy Again” di Rose Garden, Gedung Putih. Trump menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi warga Amerika.
“Kami telah dirugikan oleh banyak negara akibat praktik perdagangan yang tidak adil. Hari ini adalah ‘Hari Pembebasan’ bagi Amerika,” ujar Trump dengan penuh keyakinan.