JAKARTA – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan menyarankan agar masyarakat bisa memanfaatkan momen Idul Fitri 1446 Hijriah sebagai momen introspeksi.
Momen introspeksi itu adalah mengenai cara masyarakat dalam memberikan kritik yang belakangan ini sudah meninggalkan adat istiadat kesantunan.
“Saya hanya titip satu di bulan Ramadan yang selesai hari ini, kita semua supaya memelihara budaya santunnya, ramah-tamahnya Indonesia,” kata Luhut usai bersilahturahmi di rumah Jokowi pada Senin (31/3).
Tidak ada Topik serupa pekan ini.
Luhut pun menyayangkan ketika demokrasi yang ada saat ini justru meninggalkan kesantunan di Indonesia. Termasuk ketika mengkritik Jokowi, lanjutnya, agar tidak mengeluarkan kritik tanpa data jelas.
“Jangan berburuk sangka, saya saksi hidup sebagai pembantu Pak Jokowi selama sepuluh tahun,” katanya.
Sebagai saksi hidup, ia tidak melihat ada pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh Joko Widodo saat masih menjabat sebagai Presiden RI.
“Demokrasi itu betul, tetapi jangan demokrasi itu jadi merusak budaya sopan santun kita. Berbicara, berbahasa, dan tidak menghormati orang-orang yang sudah berkarya buat negeri ini,” ujarnya.
Terlebih, sangat disayangkan ketika belakangan ini banyak pihak yang menamakan dirinya sebagai pengamat justru memperkeruh suasana di masa kepemimpinan Prabowo Subianto.
“Saya harus katakan agak keras, karena menurut saya sudah terlalu banyak keluar koridor. Pengamat tanpa data jelas membuat keruh pemerintah. Kita beri kesempatan Pak Prabowo memimpin,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk kompak memberikan dukungan kepada pemerintahan saat ini.
“Dulu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mengkritik sana-sini, kan itu sudah jalan. Kita harus kompak, Presiden Prabowo mendengarkan masyarakat,” pintanya.