JAKARTA – Bencana banjir yang merendam Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur telah berdampak setidaknya lima kecamatan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan, hujan deras yang mengguyur wilayah hulu Bengawan Madiun sejak Jumat (28/3) menyebabkan banjir di sejumlah desa.
“Air menggenangi jalan-jalan di beberapa kecamatan, terutama di bantaran Bengawan Madiun. Sebanyak lima kecamatan dengan total 15 desa terdampak oleh bencana ini,” kata Abdul Muhari dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Senin (31/3).
BACA JUGA
- Longsor di Kabupaten Trenggalek, Enam Orang Dinyatakan Hilang
- Banjir Masih Rendam Sejumlah Wilayah di Jawa Barat
- Longsor di Bandung Barat, Sejumlah Warga Alami Luka
- 19 Orang Hilang di Kabupaten Pegunungan Arfak Hilang Terseret Banjir Bandang, Ini Daftarnya
- 11 Desa di Kabupaten Sidorjo Terendam Banjir
Banjir melanda Kecamatan Kwadungan (Ds. Simo, Sumengko, Purwosari, Tirak, Dinden, Warukkalong, dan Kendung), Kecamatan Pangkur (Ds. Waruk Tengah, Pleset, Gandri, dan Ngompro), Kecamatan Ngawi (Ds. Mangunharjo), Kecamatan Padas (Ds. Bendo dan Banjaransari), serta Kecamatan Geneng (Ds. Kersikan).
Menurut Abdul, setidaknya ada sebanyak 764 Kepala Keluarga (KK) terdampak akibat bencana ini, dengan rincian tertinggi di Desa Sumengko sebanyak 330 KK.
“Selain itu, banjir juga menyebabkan kerugian materiil berupa 764 unit rumah terdampak dan sekitar 93 hektar sawah terendam dengan tinggi muka air (TMA) berkisar antara 20 hingga 40 cm,” jelasnya.
Abdul memastikan bahwa BPBD Provinsi Jawa Timur dan BPBD Kabupaten Ngawi segera melakukan assessment dan koordinasi dengan perangkat desa setempat, serta memantau ketinggian air.
“Berbagai unsur terlibat dalam upaya penanganan bencana ini, termasuk TNI, POLRI, Satpol PP, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BPBD, serta berbagai organisasi SAR dan relawan masyarakat,” tukasnya.
“Untuk kondisi terkni air mulai surut. Namun, beberapa wilayah seperti jalan raya di Desa Dinden dan Desa Kendung masih tergenang akibat permukaan tanah yang rendah serta drainase yang kurang lancar,” ungkapnya.
“Saat ini, tinggi muka air di daerah tersebut tercatat antara 10 hingga 15 cm,” imbuhnya.
Bencana ini masih berada dalam status Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi yang berlaku sejak 1 Desember 2024 hingga 31 Mei 2025. Pemerintah bersama berbagai pihak terus berupaya melakukan pemulihan dan membantu masyarakat yang terdampak.