JAKARTA – Lebaran selalu menghadirkan suasana yang berbeda. Jalanan ramai dengan pemudik, meja makan penuh hidangan lezat, dan yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak, yakni amplop berisi uang baru.
Fenomena ini seperti sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari Hari Raya Idulfitri. Setiap tahun, permintaan uang baru melonjak drastis, bank-bank menyediakan layanan penukaran, dan antrean panjang pun tak terhindarkan.
Tapi, mengapa Lebaran begitu identik dengan uang baru?
Lebaran dan Tradisi Bagi-bagi Uang
Saat momen Lebaran tiba, tradisi berbagi rezeki kepada sanak saudara, terutama anak-anak, menjadi kebiasaan yang dilakukan banyak orang.
Amplop kecil berisi uang yang masih kaku dan beraroma khas menjadi daya tarik tersendiri. Anak-anak senang menerimanya, sementara orang dewasa merasa puas bisa berbagi.
Tidak hanya di Indonesia, tradisi serupa juga ada di berbagai negara Muslim lainnya. Di Malaysia, ada “duit raya,” di Turki dikenal dengan “harçlık,” sementara di beberapa negara Timur Tengah, anak-anak menerima uang dari anggota keluarga yang lebih tua.
Fenomena Tahunan
Setiap menjelang Lebaran, bank dan jasa penukaran uang ramai dikunjungi masyarakat. Bahkan mereka rela mengantri panjang demi untuk mendapatkan uang pecahan rupiah dalam kondisi baru atau fresh.
Tak heran bila Bank Indonesia saat ini menerapkan pemesanan layanan uang baru secara online. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi antrean panjang yang biasa terjadi saat momen Lebaran.
Simbol Kebersihan dan Awal yang Baru
Dalam Islam, Idulfitri berarti kembali ke kesucian setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Makna ini juga tercermin dalam berbagai aspek perayaan Lebaran, termasuk penggunaan uang baru.
Selain itu, uang baru juga memberi kesan lebih istimewa dibandingkan uang lama yang kusut atau lusuh. Anak-anak lebih antusias menerima uang dengan kondisi terbaik, dan para pemberi merasa lebih bangga karena memberikan sesuatu yang tampak lebih bernilai.
Tradisi yang Berakar dalam Budaya
Jadi, mengapa Lebaran identik dengan uang baru? Jawabannya berakar pada nilai-nilai budaya dan simbolisme yang melekat pada perayaan Idulfitri.
Uang baru bukan hanya alat transaksi, tetapi juga simbol kesucian, kebahagiaan, dan keberkahan. Tradisi ini terus berkembang dari generasi ke generasi, menciptakan kenangan manis bagi banyak orang, terutama anak-anak yang selalu menantikan momen berburu amplop Lebaran.
Meskipun tidak ada aturan baku yang mengharuskan uang harus baru, kebiasaan ini tetap bertahan karena sudah menjadi bagian dari cara masyarakat merayakan kemenangan setelah Ramadan.
Pada akhirnya, yang terpenting bukan hanya nominal atau bentuk uangnya, tetapi semangat berbagi dan kebahagiaan yang menyertainya.