JAKARTA – Pasar modal Indonesia memiliki peluang yang cukup besar dalam menyumbang target investasi nasional. Setidaknya setengah atau sebesar 61 persen dari total nilai investasi nasional yang sebesar Rp14.000 triliun, dapat tercapai dengan kinerja apik pasar modal.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menerangkan bahwa angka tersebut mampu mendukung rencana besar pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto akan tercapai pada tahun 2029 mendatang.
“Dari kebutuhan investasi tambahan selama 5 tahun yang diestimasikan sebesar Rp14.000 triliun, pasar modal Indonesia berpotensi berkontribusi hingga 61 persen melalui aktivitas penggalangan dana,” kata Jeffrey dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Jumat (14/3).
BACA JUGA
- Awas! IHSG Berpotensi Pullback Lanjutan Imbas Saham Bank Tak Lagi Bergairah
- IHSG Diproyeksi Bakal Konsolidasi, Saham Perbankan Jadi Penentu?
- Pembangunan Pabrik BYD di Subang Diteror Ormas, Moeldoko: Harus Diberantas
- BEI Klaim Transaksi Bursa Karbon RI Hampir 7 Kali Lipat dari Malaysia
- Awas! IHSG Hari Ini Rawan Koreksi
Dia mengungkapkan, pasar modal memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Terdapat dua peluang bagi pasar modal mampu berkontribusi dalam target investasi.
Pertama, melalui fundraising langsung sebesar Rp1.500 triliun dalam lima tahun ke depan, yang akan dilakukan melalui sejumlah hal meliputi initial public offering (IPO), penawaran umum BUMN, dan efisiensi proses rights issue.
Kedua, kontribusi tidak langsung melalui peningkatan valuasi perusahaan tercatat, juga dapat mendorong pendanaan melalui surat utang bernilai ribuan triliun.
“Sedangkan kontribusi tidak langsung melalui peningkatan valuasi perusahaan tercatat yang memberikan leverage untuk pendanaan melalui utang hingga Rp6.800 triliun,” tutur Jeffrey.
Menurutnya, peran pasar modal tidak hanya sebatas dalam penghimpunan dana, tetapi juga dalam menciptakan efek berantai terhadap perekonomian nasional.
“Ekspansi bisnis perusahaan tercatat dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya beli masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada komponen konsumsi rumah tangga dalam produk domestik bruto,” ujarnya.